AUSTRALIA PLUS INDONESIA
Nevanka McKeon
Sebuah workshop membuat ‘didgeridoo’ mungkin terdengar seperti suatu kegiatan yang menarik, tetapi bagi kelompok pria lokal Aborijin dan Selat Torres di Canberra, workshop ini berarti lebih banyak lagi.
Setiap dua minggu, sekitar 20 pria dari berbagai usia bertemu di wilayah Yarramundi Reach di sisi barat Danau Burley Griffin untuk membuat instrumen kuno ini.
Penyelenggara acara, Adrian Baxter, mengatakan, workshop ini memberi pria Aborijin lingkungan yang aman untuk berbicara dan bekerja secara terbuka tanpa menghakimi.
“Identitas budaya merupakan masalah bagi beberapa dari kami, jadi ini adalah salah satu jalur untuk membantu mendapatkannya kembali,” jelasnya.
“Kelompok kami adalah pendongeng alami, kami semua punya cerita untuk dibagi,” sambungnya.
Kelompok ini termasuk pegawai negeri, peneliti, orang tua dan sopir bus.
Sebagian besar peserta menghadiri workshop secara sukarela, tetapi beberapa di antaranya hadir sebagai bagian dari rehabilitasi yang diperintahkan pengadilan.
Fasilitator Manajemen Sumber Daya Alam Aborijin, Darren Chong, mengatakan, hal yang penting bagi para pria untuk memiliki ruang yang inklusif secara sosial dan aman secara budaya, untuk belajar keterampilan baru.
“Mereka datang dari berbagai latar belakang. Mereka datang ke sini untuk merasa nyaman, mereka merasa aman,” sebutnya.
Darren berujar, “Mereka berbagi pengetahuan budaya tanpa menyadari mereka melakukannya. Ini adalah tempat untuk fokus dan melepaskan masalah dan perjuangan mereka.”
Kesempatan untuk terhubung ke budaya
Ayah dua anak, Ambrose House, 23 tahun, tak berpikir dua kali tentang keputusannya untuk menjadi bagian dari workshop tersebut.
“Untuk berhubungan dengan apapun yang serba budaya adalah sesuatu yang istimewa. Sebagai orang Aborijin, kami sudah kehilangan begitu banyak budaya lewat kolonisasi dan penindasan, menjadi bagian dari sesuatu untuk membangkitkan kembali budaya itu sungguh spesial,” ungkapnya.
Ambrose mengatakan, workshop juga memainkan peran penting dalam membantu ia untuk menjadi orang dan ayah yang lebih baik.
“Ketika Anda memiliki keluarga sendiri, pekerjaan penuh waktu, Anda tak mendapatkan banyak waktu untuk diri sendiri dan ini adalah salah satu cara untuk melakukan itu dan menjadi terhubungan dengan budaya,” akunya.
“Sangat penting untuk memiliki lingkungan di luar perjuangan dan stres setiap harinya yang membantu Anda melepaskan dan berada di antara pria Aborijin lainnya yang berada dalam situasi sama,” tutur Amborse House
Setiap dua minggu, para peserta menunjukkan kemajuan lebih lanjut dalam seni membuat ‘didgeridoo’.
Mereka melakukan langkah-langkah yang diperlukan dengan hati-hati yang meliputi pengembalian materi ke kayu polos, mempersiapkan dan mengisi lubang-lubang, pengamplasan, melukis dan akhirnya menempatkan lilin di sekitar bagian lubang tiup.
Tapi Adrian mengatakan, ada juga keterampilan penting lainnya yang akan diperoleh dan diteruskan.
“Sebagian besar dari kelompok ini membawa pengalaman hidup masing-masing peserta dan berbagi, dan meneruskan pengetahuannya kepada orang lain, ke generasi berikutnya,” jelasnya.
Ia mengutarakan, “Itu memastikan kami tetap kuat sebagai orang Aborijin dan itu membuat generasi berikutnya bangga dengan budaya kami.”
Kelompok ini juga mempertimbangkan untuk menggelar pertunjukan ‘didgeridoo’ di masa depan. []