More

    Kebun Seni, Kawinkan Estetika dan Ekonomi

    IMAN HERDIANA

    Mengawinkan seni dan ekonomi tidaklah mudah. Jalan sulit ini berusaha ditempuh komunitas Kebun Seni sejak lima tahun lalu.

    Deddy Koral, koordinator Kebun Seni, bersama seniman  Bandung. FOTO : dokumentasi Kebun Seni
    Deddy Koral, koordinator Kebun Seni, bersama seniman Bandung. FOTO : dokumentasi Kebun Seni

    Komunitas Kebun Seni menempati lahan parkir Kebun Binatang Bandung, Jalan Taman Sari. Posisinya berseberangan dengan kampus ITB. Tidak jarang mahasiswa ITB yang istiratat atau nongkrong di Kantin Jeprut, sebuah warung nasi di pojok Kebun Seni.

    - Advertisement -

    Selain Kantin Jeprut, Kebun Seni terdiri dari 20 kios yang menyajikan berbagai produk seni mulai lukisan, mural, patung, ukiran, batu akik, cinderamata dan produk seni lainnya.

    Ada juga kios yang menjadi markas seniman atau komunitas seperti Bandung Blues Society, Invalid Urban, Majelis Sastra Bandung, kelompok teater Laskar Panggung, Wartawan Foto Bandung, Selasar Bahasa. Belakangan sejumlah komunitas ada yang pindah, ada juga yang masih bertahan.

    “Kebun Seni tidak punya anggota tetap, jadi dalam jangka sekian bulan ada yang pindah kemudian ganti dengan yang baru,” kata Dedi M Santika, Ketua Kebun Seni, saat ditemui KabarKampus, awal November lalu.

    Pria gondrong yang akrab disapa Deddy Koral ini menuturkan, Kebun Seni dibentuk lima tahun lalu bedasarkan SK Kebun Binatang Bandung. Awalnya, komunitas ini menyandang nama Pasar Seniman. Namun respons publik masih kurang.

    Suasana Kebun Seni, di Jalan Tamansari, Bandung. FOTO : Refial Fadly
    Suasana Kebun Seni, di Jalan Tamansari, Bandung. FOTO : Refial Fadly

    Pasar Seniman sempat tidak memiliki ketua. Para pegiat kemudian menunjuk Deddy Koral sebagai ketua. Pasar Seniman berganti nama menjadi Kebun Seni yang artinya ruang seperti kebun yang memiliki tanaman, panen, memasarkan dan lain-lain. Kebun Seni menjadi tempat menanam dan memanen produk seni.

    Hingga sekarang, penulis buku puisi “Nama Saya Biodata” yang aktif di kelompok teater Aktor Unlimited ini menanggung amanah mengkoordinir Kebun Seni dengan misinya mengawinkan seni dan ekonomi.

    “Berhasil tidaknya itu pengertian lain, yang jelas kita berusaha mengawinkan prestasi dan sensasi, otak dan otot, seni dan ekonomi,” jelasnya.

    Misi mengawinkan seni dan ekonomi tidak mudah memang. Terlebih pengunjung yang mampir ke Kebun Seni kebanyakan warga yang tujuan utamanya mengunjungi Kebun Binatang. Mereka kebanyakan masyarakat umum atau anak-anak sekolah.

    Sedangkan produk di Kebun Seni dibanderol antara ratusan ribu sampai jutaan. “Tapi harapannya kita tetap bisa jalan dan berkembang, meski tidak mudah,” katanya.

    Untuk mendekati publik seni, sebulan sekali Kebun Seni menggelar pentas kesenian baik berupa teater, pertunjukkan kesenian tradisional, pembacaan puisi dan lain-lain. Daya tarik lainnya juga membuka Kantin Jeprut yang harga meunya cukup bersahabat, antara Rp8000-Rp15.000 saja.

    “Kita berkesenian sambil menjalankan sampingan. Misalnya saya selain aktif teater juga berjualan batu akik,” terang Deddy Koral. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here