Stephanie Anderson
AUSTRALIA PLUS
Biaya yang dihabiskan pihak kepolisian dalam menangani puluhan aksi demonstrasi baik yang pro maupun yang anti Islam di Victoria, Australia, sepanjang tahun 2016 mencapai 2,3 juta dollar atau sekitar Rp 20 miliar lebih. Namun Kepolisian Victoria memperkirakan biaya pastinya bisa lebih besar lagi.
Pada April tahun lalu, sekitar 3000 peserta demo terlibat bentrok di kawasan Federation Square di pusat kota Melbourne ketika kelompok anti Islam berhadap-hadapan dengan kelompok demo lainnya yang menyebut lawannya sebagai kelompok rasis.
Selama periode saat itu hingga Agustus 2016, Kepolisian Victoria telah menangani 12 aksi demo serupa, dimana polisi perlu diturunkan secara besar-besaran demi memisahkan kedua belah pihak.
Aksi-aksi itu berlangsung di pusat kota Melbourne, di daerah pinggiran Coburg, Melton, serta di Bendigo dimana ketegangan meletus terkait rencana pembangunan masjid.
Pihak kepolisian menyatakan biaya yang dikeluarkan mencapai $2,3 juta, namun menambahkan angka tersebut merupakan perhitungan minimal.
“Tampaknya biaya sebenarnya dari pelayanan polisi dalam kejadian-kejadian tersebut jauh lebih besar begitu faktor seperti kerja lembur dan penggunaan para spesialis dan peralatan dijadikan pertimbangan,” jelas juru bicara kepolisian.
Dia menjelaskan, alokasi sumberdaya tersebut menunjukkan komitmen kepolisian terhadap keamanan masyarakat.
“Keamanan masyarakat merupakan prioritas tertinggi dan kami akan terus berkoordinasi degan pelaksana demo demi menyalurkan hak kebebasan berbicara dengan cara damai dan menaati hukum,” katanya.
Polisi juga menangani aksi demo di demo tandingan di daerah pinggiran Melbourne di Eltham, namun hitungan biayanya tidak dimasukkan dalam laporan tersebut. []