More

    Menikmati Ramadhan Sebagai Mahasiswa di Perth

    Achmad Room Fitrianto – AUSTRALIA PLUS
    Bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Australia, bulan Ramadhan kali ini bertepatan dengan masa akhir semester.
    Para mahasiswa sedang berbuka puasa di Curtin University di Perth. FOTO : Khaerudin Kiramang

    Dimana masa akhir semester itu dipenuhi dengan berbagai dateline pengumpulan tugas tugas kuliah dan juga persiapan untuk ujian akhir semester. Tantangan ini menjadikan malam malam di bulan ramadhon selain beribadah adalah juga harus bergadang untuk menyelesaiakan tugas tugas kuliah yang menanti.

    Di sisi lain, bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Dari sisi sudut pandang mahasiswa di perantauan, bulan Ramadhan adalah bulan paling hemat.
    Bagaimana tidak hemat, ambil saja contoh di Curtin University Perth, dimana pada universitas yang memiliki musholah yang cukup representative ini juga menyediakan makanan bagi mahasiswa dan warga yang berbuka puasa serta melakukan sholat magrib berjamaah di mushola.
    Kegiatan berbuka bersama ini dikelola oleh CMSA (Curtin Muslim Student Association) sebuah organisasi kemahasiswaan yang berafiliasi ke Curtin Student Guild yang diakui oleh Curtin University.
    Pengelolaan berbuka bersama yang dilaksanakan oleh CMSA ini cukup professional, selain penggalangan dananya yang dilakukan secara struktural dan terukur, namun juga penyajian acara berbuka bersama.
    Para mahasiswa yang mengikuti acara berbuka bersama berkumpul di Gedung Aula terdekat dari Mushollah (Gedung 500), dengan duduk di lantai yang telah dialasi tikar dan plastik untuk mengantisipasi makanan yang tumpah.
    Para mahasiswa dipersilahkan duduk berjajar saling berhadapan.  Di depan para mahasiswa yang duduk berjajar ini telah disajikan beberapa hidangan dari irisan buah, kue Maryam, Kurma atau Minuman untuk membatalkan puasa.
    Yang menarik disini adalah ramuan untuk minuman yang disajikan. Minuman yang disajikan untuk berbuka ini berupa susu yang di campur dengan es cream vanilla yang diberi sirup mawar yang diaduk dengan selasih. Warna pink yang dingin dan menyejukkan menjadikan sajian ini adalah sajian favorite setiap berbuka
    Setelah menikmati cemilan ringan ini, kami melanjutkan dengan sholat magrib berjamaah dan sholat sunnat rowatib.
    Pasca sholat magrib berjamaah kami berkumpul kembali ditempat semula untuk kemudian panitia membagikan kotak yang berisi nasi dan lauk sebagai menu utama berbuka.
    Hidangan yang diberikan lebih sering adalah hidangan timur tengah, dari nasi kebuli sampai masakan kare kambing yang sangat mengoda.
    Panitia biasanya memberikan kotak lebih kepada jamaah yang bersedia membantu untuk membersihka lokasi dan membantu untuk persiapan sholat lainnya.
    Acapkali pemberian kotak makanan tambahan oleh kami mahasiswa dijadikan bekal untuk makan sahur. Jumlah jamaah yan hadir setiap harinya lebih dari seratus orang.
    Dari diskusi dengan seorang pengurus CMSA biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan berbuka puasa bersama ini sekitar $1000- $1500 atau sekitar (Rp 10- 15 Juta) setiap harinya.
    Selain berbuka dan sholat magrib bersama, Curtin University mushollah juga menyelenggarakan sholat Isya an taraweh berjamaah.
    Jumlah jamaah yang hadir cukup banyak, hampir menyerupai jumlah jamaah yang hadir untuk sholat Jumat.
    Bagi mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Curtin, sebetulnya selain bisa mengikuti kegiatan Ramadhan di Curtin Mushollah, untuk berbuka bersama juga bisa mengikuti di acara berbuka bersama yang diselenggarakan oleh Konsulat jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Perth.
    Kegiatan ini dilakukan setiap hari sabtu yang dikelolah oleh panitia bersama perwakilan beberapa organisasi masyarakat di Perth. Selain itu komunitas Indonesia di Perth juga menyelenggarakan ibadah sholat Isya dan taraweh setiap harinya untuk umum. Kegiatan ini dipusatkan di gedung Indonesia Ukhuwah Centre (IUC) yang terletak di daerah Canington
    Selain di Curtin University dan IUC, masih banyak tempat atau masjid di Perth yang menyelenggarakan sholat isyak dan tawareh berjamaah.
    Dari beragam kegiatan diatas menjadikan Ramadhan di perantauan cukup bermakna, baik itu dari sisi membangun ukhuwah dan kebersamaan maupun dari sisi penghematan budget dari perspektif mahasiswa.[]
    *Achmad Room Fitrianto adalah kandidat doktor di Curtin University, Perth, dan peneliti di Lembaga Pengembangan Kewirausahaan dan Bisnis Islam – UIN Sunan Ampel- Surabaya.
    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here