BANDUNG, KabarKampus – Dua mahasiswi Universitas Katolik Parahyangan siap menyelesaikan The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Unpar (WISSEMU). Gunung yang bakal mengahiri ekspedisi mereka adalah Everest dengan ketinggian 8.850 mdpl.
Keduanya adalah Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari, mahasiswi Hubungan Internasional Unpar. Sebelumnya mereka dilepas langsung oleh Mangadar Situmorang, Rektor Unpar dalam upacara yang digelar di Kampus Unpar, Bandung, Selasa, (27/03/2018)
Dua mahasiswi yang akrab disapa Didi dan Thilda ini sebelumnya telah menyelesaikan enam gunung “seven summits”. Enam gunung yang telah didaki tersebut adalah Gunung Carstesz Pyramid (4.884 mdpl) pada 13 Agustus 2014, Gunung Elbrus (5.642 mdpl), Gunung Kilimanjaro (5.895), Gunung Aconcaqua (6.962 mdpl) pada 30 Januari 2015, dan Gunung Vinson Massif (4.892 mdpl) pada 5 Januari 2017 dan Gunung Denali (6.190 mdpl) pada 1 Juli 2017.
“Tantangan pendakian kali ini adalah ketinggiannya, karena kami tidak pernah melewati ketingian hingga 6900 mdpl,” kata Didi usai upacara pelepasan, kepada KabarKampus.
Namun menurut Didi, tidak ada persiapan berbeda dari pendakian sebelumnya. Karena bagi Didi, setiap gunung yang telah mereka daki merupakan latihan untuk mendaki gunung berikutnya. Jadi pendakian ke Gunung Everest inilah puncak dari latihan di gunung-gunung Seven Summits lainnya,
“Jadi ekspedisi ke Everest persiapannya adalah mulai dari pendakian ke Gunung Carstensz hingga Denali. Dari sana kami melewati enam gunung dan dari sana kami mempelajari teknikal menghadapi gunung yang sebagian besar es, mempelajari high atitute mountain, dan sebagainya,” kata Didi.
Sementara itu Thilda menambahkan, porsi latihan mereka untuk mendaki Gunung Everest sama dengan keenam gunung sebelumnya. Mereka hanya menjaga atau meningkatkan latihan-latihan yang pernah dilakukan.
Namun tantangan mereka selain ketinggian, kata Thilda adalah menjaga kesehatan. Karena mereka akan berada di sana selama dua bulan.
“Untuk summit push saja butuh waktu sebulan. Jadi bila selama di sana tidak boleh sakit, karena bila sakit akan repot,” ungkap Thilda.
Sehingga tambahnya, mereka harus mengatur strategi agar energi ketika di sana tidak habis di awal. selain itu adalah bila badan tidak fit, mereka akan menambah program aklamatisasi.
Rencananya Didi dan Thilda berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menuju Khatmandu, Nepal pada (29/03/2018). Mereka berharap pendakian mereka berjalan lancar dan sukses.
Keduanya juga meminta doa, agar diberi kesehatan agar bisa membunyikan angklung dan mengibarkan bendera Indonesia di Puncak Everest. Tentunya bisa pulang kembali ke Indonesia.