YOGYAKARTA, KabarKampus – Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menuntaskan ekspedisi bertajuk “Pristine Wild Rivers” di Tasmania, Australia, akhir November 2018 kemarin. Dalam ekspedisi yang dilakukan oleh tim Mahasiswa Pecinta Alam UGM (Mapagama) tersebut mereka berhasil melewati derasnya arus Sungai Franklin sepanjang 125 Km.
Ekspedisi yang berlangsung selama delapan hari ini melibatkan sebanyak tujuh mahasiswa. Mereka adalah Irfan Hafiyyansah dari Fakultas Hukum, Lutfi Perdana (Fakultas Filsafat), Rais Kun Fajar PS (Fakultas Teknik), Iqbal Setya Nugraha (Fakultas Psikologi), serta Suryo Abdi Pangestu, Laily Adhliya, dan Dimas Satria W dari Sekolah Vokasi.
Irfan Hafiyyansah, ketua tim ekspedisi mengatakan, Sungai Franklin yang berada di Pulau Tasmania dipilih sebagai lokasi pengarungan karena selain memiliki pemandangan alam yang cukup menarik. Selain itu juga mempunyai karakteristik yang sangat lengkap pada komponen sungainya.
“Hal ini tidak dapat ditemui pada sungai-sungai yang ada di Indonesia,” jelasnya, Kamis (6/12/2018).
Irfan juga menceritakan, Sungai Franklin berada di pedalaman hutan Taman Nasional Franklin-Godon, Pulau Tasmania. Kawasan tersebut memiliki kelembaban tinggi dan suhu yang dingin hingga lima derajat pada malam hari.
“Selama pengarungan tim menghadapi kondisi yang berat dengan iklim dan situasi berbeda dengan di Tanah Air. Kondisi lembab dan suhu dingin, ditambah dengan tidak ada akses keluar selama delapan hari dari sungai kecuali menyusuri hutan dengan waktu lebih dari satu minggu,”paparnya.
Kemudian tambahnya, Sungai Franklin merupakan sungai paling bersih yang pernah ia temui selama melakukan berbagai pengarungan sungai di Indonesia. Kebersihan sungai tersebut, sangat dijaga oleh penduduk Pulau Tasmania, karena masyarakat di pulau tersebut sadar bahwa sungai dapat memberikan banyak manfaat bagi keberlangsungan kehidupan.
Di sungai tersebut, tambahnya, mempunyai beberapa larangan yang wajib dipatuhi, yaitu semua kotoran yang harus dibawa baik kotoran manusia maupun sampah, tidak menyalakan api unggun, tidak mencuci di sungai dan beberapa larangan lainnya. Jika melanggar pihak taman nasional akan memberikan denda yang besar terhadap pelanggar larangan tersebut.
Bagi Irfan dan tim, pengarungan di Sungai Franklin, Australia telah memberikan pengalaman baru dan memberikan dampak positif dalam pengembangan kemampuan petualangan anggota Mapagama pada kegiatan tingkat internasional. Selain itu, juga meningkatkan pengetahuan untuk menjaga dan mengelola sungai dengan baik.
Pengarungan Sungai Franklin merupakan UGM Internasional Expedition (UIE) yang kelima. Tim Mapagama sendiri mulai berangkat ke Australia pada 14 November. Mereka tiba di tanah air pada 30 November 2018 kemarin.[UGM]