More

    Menguji Sepuluh Proposisi dalam Kredo Puisi Sutardji

    Saya sudah membantu membuatkan 10 proposisi dari “Kredo Puisi” Sutardji itu, sehingga kita bisa memikirkannya secara logis dan relatif mudah. Kerangka berpikir 10 proposisi itu menunjukkan bahwa Sutardji berupaya membuat kredo puisinya menjadi satu ars poetica tertentu yang bisa dibuktikan (benar atau salah) di dalam sistem logika tertentu. Jika ada yang hendak mengkritisi atau menggugat atau mendukung beberapa atau seluruh proposisi itu silakan kemukakan dengan argumen logis juga. Ketika kita mengkritisi satu pemikiran dengan logis, itu sama sekali bukan satu bentuk ketidaksantunan atau penghinaan atau sesat pikir atau hate speech (hahaha) terhadap penulisnya, tetapi semata untuk memahami satu persoalan dengan benar dan menghindari gosip atau pelabelan atau klaim kosong yang, menurut saya, sama sekali tak berguna bagi kemajuan sastra di negeri ini.

    Apakah benar pendapat orang atau kritikus sastra selama ini bahwa inti dari Kredo Puisi Sutardji adalah “membebaskan atau menafikan makna dari kata”? Saya justru tidak menemukan hal itu di dalam Kredo Puisi Sutardji. Yang benar dinyatakan oleh Sutardji di dalam kredo puisinya adalah “membebaskan kata dari penjajahan pengertian (makna)”. Jika Anda masih ragu, maka kita bisa mengujinya dengan pertanyaan berikut: Apakah makna klausa “membebaskan kata dari penjajahan pengertian” identik dengan makna klausa “menafikan makna dari kata”? Apakah kata “membebaskan” identik maknanya dengan “menafikan”?

    Perhatikan term-term kunci dari pernyataan Sutardji itu, yaitu: “membebaskan kata” dan “penjajahan pengertian”. Lalu, telisiklah lebih dalam makna dari Propoisi ke-1, yakni: “Kata adalah pengertian (makna) itu sendiri”. Jika penyataan Sutardji soal “membebaskan kata dari penjajahan pengertian” kemudian ditafsirkan sebagai “menafikan makna dari kata”, maka jelas akan terjadi kontradiksi dengan Proposisi ke-1.

    - Advertisement -

    Yang jadi soal, menurut saya, bukanlah pernyataan Sutardji, tetapi justru penafsiran terhadap pernyataan Sutardji di dalam kredo puisinya oleh mereka yang tidak paham atau mereka yang terlalu cepat bersikap menolak tanpa benar-benar menelisik kebenarannya.

    Secara etimologi, kata “mantra” berasal dari bahasa Sansekerta dan biasa digunakan dalam tradisi spiritual Hindu atau Buddha. Kata mantra adalah sebuah kata atau suara dengan struktur pengucapan berulang untuk membantu konsentrasi dalam meditasi, atau sebuah nyanyian Veda, atau sebuah pernyataan yang sering diulang. Kata ini baru diserap ke dalam bahasa Inggris pada abad ke-18 dan dimaknai secara harfiah sebagai “berpikir, berpikir di balik ucapan atau tindakan, pemikiran manusia, terkait dengan pikiran”. Di dalam bahasa Melayu, kata ini kemungkinan sudah masuk pada abad ke-5 atau ke-7 (atau sebelum itu) ketika masa Sriwijaya pertama. Di dalam bahasa Sansekerta sendiri kata mantra bisa berarti sangat luas seperti “teks magis, teks atau ucapan suci, ayat mistis, ucapan, formula dari doa, rahasia, nasehat, resolusi, bahkan pembebasan”. Silakan cek sendiri dalam kamus Bahasa Sansekerta

    Dalam pandangan hidup orang Melayu, ada keyakinan bahwa tanah, air, matahari, bulan, tanaman, binatang, jin dan makhluk atau benda lainnya memiliki “spirit”. Untuk itu, diperlukan pembacaan mantra agar spirit atau roh dari benda atau makhluk tersebut tetap positif bagi manusia. Orang Melayu sejak dulu sangat akrab dengan tradisi mantra, karena dalam kehidupan sehari-hari mereka selalu mengucapkan mantra, misalnya: mantra pelindung diri, mantra pelancar pekerjaan, dll. Setelah masuknya agama Islam, orang Melayu ternyata masih berpegang pada kebiasaan membaca mantra ini, tetapi kemudian diakulturasi dengan tradisi Islam. Di dalam ilmu antropologi, akulturasi diartikan sebagai suatu proses sosial yang timbul ketika suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here