More

    Menjadi Dewasa di Balik Papan Ketik

    Dengan situasi yang dijabarkan di atas maka pertanyaan mendasar yang hadir adalah bagaimana menjadi dewasa dalam bersosial media dengan tidak mengesampingkan cara berfikir kritis tersebut? Berikut beberapa caranya,

    1. Memahami konteks yang dibahas.
      Sebuah cara yang sangat mendasar bagi seseorang dalam memahami sebuah isu, pembaca harus teramat sangat teliti dan memahami sebuah isu dan permasalahan yang dibacanya. Sebagai wujud dari pengguna sosial media yang cermat, memang sudah kewajiban bagi seseorang untuk tidak terprovokasi oleh sebuah isu atau fenomena yang kejelasan dan pertanggung jawaban terhadap isu tersebut juga belum dapat dibuktikan.
    2. Mencari informasi lebih lanjut terkait sebuah isu.
      Kiat ini merupakan salah satu unsur yang amat sangat penting, mengingat kebanyakan dari netizen Indonesia tadi sering hanya mengiyakan sebuah bualan dari satu sumber. Alangkah lebih baik untuk menjelajahi lebih jauh lagi terkait isu yang beredar, mencari berbagai informasi dari sumber lain terkait isu tersebut, dan kemudian menganalisa terkait kebenaran dari isu yang beredar,
    3. Mengesampingkan memberi pandangan dan komentar terhadap hal yang tidak jelas asal usulnya dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.
      Sebagai pengguna sosial media yang sudah dewasa, banyak di antara mereka yang seolah tidak turut ambil pusing terhadap sebuah isu yang berkembang diantara masyarakat. Mereka hanya menonton, membaca, melihat, kemudian menilai sendiri terkait isu tersebut. Tidak langsung memberi pandangan, tidak bersuara, tidak meberi penilaian, bahkan lebih acuh terhadap isu yang tidak jelas asal dan usulnya.
    1. Tidak memotong teks di dalam sebuah konteks.
      Clickbait, sebuah istilah umum yang kita ketahui memberikan janji berlebih dengan bermodal judul menarik. Terkadang memang media sosial juga seolah meberi ruang kepada masyarakat untuk bersuara yang sepatutnya tidak perlu. Tidak jarang juga media hanya sekedar memotong beberapa teks dari konteks keseluruhan yang mereka rasa memiliki nilai jual tinggi dan juga bisa menarik banyak perhatian tanpa mementingkan bagaimana dampak dari clickbait yang mereka ciptakan itu di tengah masyarakat.
    2. Mengedepankan pengendalian diri dan berfikir sebelum berkomentar di sosial media. Dan pada akhirnya bagaimana memahami sebuah isu dalam dunia maya juga dikembalikan kepada pribadi pembaca. Apakah mereka menjadi pembaca yang termakan dengan bualan semata atau menjadi pembaca yang teliti dan cermat dengan tidak hanya bergantung kepada satu sumber yang juga tidak terpercaya. Maka pengendalian diri di sini menjadi salah satu faktor yang paling menentukan kedewasaan seseorang dalam bersosial media. Sebagai pengguna media sosial yang baik juga harus mengutamakan pemikiran logis, analisa yang matang, juga kemampuan menelaah isu dengan mumpuni, sehingga apabila aspek yang disebutkan sebelumnya tercukupi maka tidak akan kita jumpai ucapan toxic, ujaran kebencian, atau bahkan penyerangan terhadap individu lain dalam komentar di media sosial.

    Dan dari penjabaran penulis di atas besar harapan agar masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang cerdas, cermat, dan dewasa di dalam penggunaan media sosial. Akhirnya timbul kesadaran bahwa untuk berkomentar terhadap sebuah isu yang beredar harus memahami terlebih dahulu batas kapasitas dan pengetahuan dari pembaca sebelum melontarkan komentar di sosial media. Selalu ingat bagaimana pesan Bung Hatta agar berfikir sebelum berbicara bukan membicarakan apa yang terfikirkan.

    *Penulis: Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Andalas.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here