More

    Merekam Trauma Anak Lewat Lukisan “Ayam Baru Gedhe”

    HARTANTO ARDI SAPUTRA

    Seorang pengunjung sedang melihat salah satu lukisan berjudul "Ayam Baru Gedhe" karya Yuga Hemawan di Bentara Budaya Yogyakarta. Foto : Hartanto Ardi Saputra
    Seorang pengunjung sedang melihat salah satu lukisan berjudul “Ayam Baru Gedhe” karya Yuga Hemawan di Bentara Budaya Yogyakarta. Foto : Hartanto Ardi Saputra

    Seekor anak ayam berwarna ungu berjalan pada seutas benang. Di depan ayam itu ada buaya bewarna hijau membawa permen dengan mulut menganga.

    Deskripsi di atas merupakan gambaran sebuah lukisan karya perupa Yuga Hermawan berjudul ABG (Ayam Baru Gedhe). Lukisan berlatar belakan kombinasi warna biru, hijau dan ungu ini merupakan salah satu lukisan yang bertajuk “HMANGKU” yang digelar di  Bentara Budaya, Yogyakarta, 16-24 Juni 2015

    - Advertisement -

    Pada lukisannya, Yuga menggambarkan seekor anak ayam meniti sehelai benang. Benang itu dihubungkan antara batu dan gigi buaya. Si Buaya dengan mulut terbuka, sudah siap menyantap anak ayam.

    “Ayam itu sebagai simbol dari anak perempuan. Sedangkan buaya itu sebagai predator pemangsa alias buaya darat,” ujar Yuga.

    Lukisan dengan media canvas berukuran 170×90 cm karya Yuga Hermawan menceritakan ketidakberdayaan seorang anak perempuan di lingkungan dunia pendidikan yang seringkali dijadikan objek sasaran para predator. Bagi Yuga, isu ini sangat penting dalam dunia pendidikan. Apalagi ia seorang guru yang banyak bergaul dengan remaja.

    “Saya ini guru jadi sering ngobrol dengan anak didik. Banyak di antara mereka yang menilai bahwa guru sebagai figur yang diteladani terkadang melakukan tindakan amoral. Bahkan banyak tindakan amoral itu yang mengeksploitasi peserta didik.”

    Dalam segi teknik, Yuga melukis menggunakan paduan antara cat minyak dan air. Teknik tersebut sering disebut ressis. “Teknik ini akan menimbulkan motif pecah-pecah karena minyak dan air yang tidak bisa menyatu,” ujar Yuga.

    Sementara itu Romo Sindhunata, kurator sekaligus budayawan menilai, lukisan Ayam Baru Gedhe mengingatkan generasi tua untuk menjadi teladan yang baik. “Saya sangat tertarik dengan karya tersebut. Dari segi idenya luar biasa.

    “Betapa tragisnya nasib sang anak ayam. Saya kira lukisan ini menggambarkan kondisi anak perempuan saat kini di tengah orang tua yang tak tau diri. Masa depan anak-anak kita dirampok oleh mereka generasi tua yang korup,” kata Romo Sindhunata.

    Lukisan “Ayam Baru Gedhe” ini juga tak luput dari komentar pengungjung. Salah satunya Ditya, mahasiswa Universitas Gajah Mada. Ia mengatakan tertarik dengan ide lukisan Ayam Baru Gedhe.

    Menurutnya, ide tersebut sesuai dengan kondisi remaja di masyarakat. “Banyak remaja perempuan yang dijadikan ayam kampus oleh kehidupan. Buktinya muncul istilah cabe-cabean dan lain sebagainya.”

    Ditya menambahkan, semestinya pesan dalam karya Yuga Hermawan ini diketahui oleh generasi muda. “Menurutku karya ini (Ayam Baru Gedhe) lebih efektif dipamerkan di sekolah-sekolah,” ujarnya.

    Selain menampilkan karya Yuga Hermawan, pameran ini juga menghadirkan karya dari delapan perupa lain asal Kabupaten Tulungagung.  Mereka adalah Anang Prasetyo, Sulton Hadi Wiyono, Eddy Dewa Muhammad Ruslan, Puji Rahayu, Roniawan, Sigit Priyananto Sugiyo, dan Widji Paminto.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here