More

    Jalan-jalan Sambil Membaca Sejarah Melbourne Town Hall

    ABC AUSTRALIA NETWORK
    Hany Koesumawardani

    Melbourne Town Hall. [FOTO : Hany Koesumawardani]
    Melbourne Town Hall. [FOTO : Hany Koesumawardani]
    Salah satu gedung bersejarah di Melbourne adalah Melbourne Town Hall. Bangunan tua bergaya Victoria itu sangat akrab bagi warga Melbourne.

    Melbourne Town Hall merupakan salah satu ikon kota paling layak huni di dunia ini, selain Federation Square dan Flinders Street Station. Bangunan bersejarah yang merupakan Kantor Wali Kota Melbourne ini bukan tak terjamah.

    - Advertisement -

    Setiap hari, ada tur keliling gedung tua ini setiap harinya, gratis. Untuk bisa blusukan ke dalam Melbourne Town Hall, Seperti yang detikcom ikuti pada September 2015, dipandu seorang sukarelawan Ken Miller, tur itu berlangsung selama 1 jam.

    Tur diikuti oleh sekitar 10 orang. Ken mengajak kami blusukan pertama masuk ke lorong tempat di mana ruangan Wali Kota Melbourne berkantor. Di lorong itu ada sketsa otentik kawasan Melbourne mulai tahun 1838 hingga foto sudut kota Melbourne tahun 1970-an. Tahun 1838 sudah terlihat cikal bakal kawasan CBD Melbourne yang kotak-kotak.

    Lanskap Melbourne yang blok kotak-kotak itu dikenal dengan nama The Hoodle Grid. The Hoodle Grid dirancang oleh Robert Hoddle dan diimplementasikan di Kota Melbourne pada 1837 dan kemudian berkembang.

    Kemudian, Ken membawa kami ke ruang sidang Dewan Kota. Ruang sidang dengan meja kayu dan kursi kulit itu bertingkat, dan di depannya ada 3 kursi. Dewan Kota yang terdiri dari Wali Kota, Wakil Wali Kota dan 9 anggota dewan kota dan staf-stafnya biasanya rapat membahas kebijakan kota di sini.

    “Rapat formal biasanya bulanan, rapat sub comittee, dan rapat staf. Kadang juga buat pernikahan, pengantin perempuannya berdiri di sana,” celoteh Ken sambil menunjuk depan meja sidang.

    Ken juga menceritakan lambang resmi Kota Melbourne yang terpatri di kaca-kaca ruang sidang Dewan Kota itu. Dia lantas sedikit memberikan tebak-tebakan pada kami mengapa di lambang itu ada 4 simbol, yakni domba yang diikat pita emas, kapal, paus dan sapi hitam.

    “Itu melambangkan industri pada waktu itu, melambangkan pertanian dan industri transportasi, perkapalan,” tutur Ken setelah kami semua tak ada yang bisa menebaknya.

    Dia kemudian mengajak kami ke aula utama Melbourne Town Hall. Di aula utama ini, beberapa acara warga kota sering digelar.

    “Di auditorium ini kadang ada orkestra, konferensi, dinner, upacara kelulusan, konser, bahkan pernikahan di meja-meja bundar, cukup menampung lebih dari 600 tamu,” tutur Ken.

    Beberapa event yang dihadiri detikcom yang digelar di Melbourne Town Hall antara lain, Melbourne Spring Fashion Week (MSFW) 2015, Cultural Night: Celebration of Indonesia, dan konser musik Soundsekerta 2015.

    Yang menarik, di balik aula ini serangkaian organ (Grand Organs) dan instalasi pipa-pipa di belakangnya. Ada 2 Grand Organ yang dipasang di Town Hall, yakni pertama dipasang tahun 1872, dibangun ulang tahun 1905. Kemudian Grand Organs kedua dibangun tahun 1929 karena kebakaran tahun 1925.

    “Kebakaran tahun 1925 itu membakar organ yang asli, organ-organ itu tak bisa berhenti berbunyi sepanjang malam, api merusak semuanya. Tak bisa diperbaiki, jadi harus dibangun ulang,” tutur Ken.

    Dia kemudian mengantar kami ke ruangan khusus tempat pipa-pipa organ itu terpasang. Prinsip organ sesungguhnya sederhana, nada dihasilkan dari udara yang melalui pipa-pipa itu. Kenyataannya? Struktur pipa-pipa organ tak sesederhana itu.

    Ken lantas kembali bermain tebak-tebakan. “Ada yang bisa menebak ini berapa banyak pipa organ di dalam sini?” tanya Ken.

    Kami menjawab seratus, seribu hingga tiga ribu pipa. Tak ada yang benar.

    “Ada sekitar 9 ribu pipa organ ya,” jawab Ken.

    Pipa-pipa organ itu, menurutnya disambungkan dengan kabel-kabel listrik yang panjangya bisa puluhan bahkan ratusan kilometer. Kabel-kabel itu terhubung ke konsol-konsol elektronik sehingga bisa dimainkan paralel dalam waktu bersamaan.

    “Tahun 2001 kami harus menghabiskan uang AU$ 4,5 juta (Rp45 miliar) untuk memperbarui lagi organ ini. Kami bongkar, kami kapalkan ke AS, diperbarui total dan dikapalkan lagi ke sini, dilengkapi dengan sistem komputerisasi, dan alat pendeteksi kerusakan pipa, sangat presisi,” jelas dia.

    Kemudian, kami naik ke balkon Melbourne Town Hall. Sebelum ke Balkon yang menghadap ke Collin Street ini ada ruangan resepsi di mana ada grand piano di dalamnya. Tamu-tamu negara dan para pesohor pernah dijamu di ruangan ini.

    “Perdana Menteri atau Presiden biasanya dijamu di sini. Ratu Inggris beberapa kali ke sini, terakhir tokoh terkenal yang dijamu di sini adalah Nelson Mandela. The Beattles, dijamu besar di sini, grand piano itu pernah dimainkan Paul McCartney, John Lennon berdiri di sana, George (Harrison) di sini dan Ringo (Starr) di sini. Saya punya fotonya yang bagus. Di luar fansnya banyak sekali. Juga kelompok musik ABBA,” tutur Ken. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here