
Peta Kepentingan Global: Siapa Bermain di Balik Layar?
Darah yang mengalir, asap roket dan puing bangunan di Gaza, dibaliknya terdapat cerita panjang. Terdapat peta kekuasaan yang jauh lebih rumit dari sekadar konflik dua pihak. Ia melibatkan aktor-aktor besar dunia: negara adidaya, aliansi militer, korporasi global, dan bahkan industri media.
Amerika Serikat misalnya, nyaris tak pernah goyah dalam dukungannya terhadap Israel— bukan hanya karena alasan ideologis, tetapi karena alasan strategis dan ekonomi. Israel adalah pilar kepentingan AS di kawasan Asia Barat. Dari pangkalan militer tak langsung, pusat riset pertahanan, hingga mitra dagang teknologi tinggi. Maka tak heran bila veto AS di Dewan Keamanan PBB menjadi pelindung permanen bagi operasi militer Israel, betapa pun tajam kritik dunia internasional.
Eropa, meski lebih moderat dalam retorika, tetap terikat oleh kepentingan dagang dan trauma sejarah antisemitisme. Beberapa negara memilih diam atau berbicara setengah hati, takut dicap tidak sensitif terhadap “sejarah penderitaan Yahudi”. Di sisi lain, negara-negara Arab kaya seperti Arab Saudi, UEA, dan Qatar, meski vokal di media, seringkali bermain dua kaki: memberi bantuan ke Palestina, tapi juga menanam investasi besar di AS dan menjalin normalisasi dengan Israel.
China dan Rusia, dua rival geopolitik AS, memanfaatkan isu Palestina sebagai alat tekanan moral terhadap Barat. Namun kepedulian mereka lebih bersifat oportunistik ketimbang empatik. Dunia multipolar bukan jaminan lahirnya keadilan—hanya memperluas medan transaksi.
Di antara semua ini, suara masyarakat sipil global justru sering menjadi satu-satunya kekuatan moral yang konsisten. Demonstrasi, boikot produk, dan kampanye di media sosial membuktikan bahwa keadilan tetap hidup di hati banyak orang, meski tak di meja diplomasi.
Maka ketika kita bertanya, “Mengapa Gaza terus dibombardir?”, jawaban yang muncul bukan hanya karena kebencian atau konflik agama, tetapi karena di balik penderitaan itu ada arsitektur kepentingan yang mapan. Dan selama peta ini tak berubah, Palestina akan terus menjadi korban permainan global—sebuah negeri yang ditindas bukan hanya oleh senjata, tapi oleh sistem.
Jejak Negara-Negara: Antara Tangan Terang dan Bayangan
Bersambung ke halaman selanjutnya –>
Terus bergerak adalah solusi …
Karena diam atas kezholiman adalah adalah mati_
Sepakat… kita bergerak bikin kekuatan.