More

    Membaca Puzzle, Free Palestina Hanya Mimpi?

    Sumber: etsy.com

    Membaca Ulang Harapan: Saat Gelap Mulai Retak

    Dalam dunia yang penuh manipulasi dan kepentingan, harapan sering terasa utopis. Tapi justru di titik terendah, retakan terang mulai terlihat. Kekacauan yang diciptakan oleh kekuatan besar tak selamanya berakhir dengan kontrol mutlak. Ketika sistem mulai retak dari dalam, saat itulah harapan menemukan ruang.

    Pertama, kita tak bisa menafikan bahwa konflik Gaza telah membuka mata banyak pihak. Dukungan membabi buta terhadap Israel mulai kehilangan legitimasi moral. Kekuatan masyarakat sipil global, tekanan media sosial, hingga kampanye boikot, telah menekan opini publik internasional. Kini, sulit bagi banyak pemerintah untuk bersikap netral tanpa ditantang oleh rakyatnya sendiri.

    - Advertisement -

    Kedua, kemunafikan banyak negara—yang bermain dua kaki—semakin terekspos. Negara- negara Arab kaya yang dulu menyeimbangkan bantuan dan bisnis, kini mulai didesak untuk bersikap lebih jujur. Dunia multipolar yang sebelumnya hanya memperlebar medan transaksi, kini pelan-pelan membuka kemungkinan konfigurasi baru.

    Namun, yang paling signifikan adalah pergeseran situasi di dalam Israel sendiri. Tekanan militer dari utara dan selatan, kerugian besar dalam operasi darat, dan ketegangan politik dalam negeri membuat pemerintahan Netanyahu makin terpojok. Demonstrasi di Tel Aviv, gesekan antara elite militer dan politik, serta kegagalan mencapai kemenangan cepat atas Gaza, menunjukkan bahwa Israel tidak sedang dalam posisi nyaman.

    Di level global, ketegangan dengan Amerika Serikat mulai membesar. Untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, retakan muncul dalam relasi khusus AS–Israel. Kritik terbuka dari pejabat tinggi AS, pengurangan bantuan, hingga ancaman sanksi mulai menggema. Persekutuan historis itu kini diuji oleh kepentingan dan opini domestik AS sendiri.

    Pendekatan AS pada 3 negara Arab kaya (Saudi, Qatar, UEA) tanpa melibatkan Israel, menunjukkan retaknya persekutuan besar ini. Walau pemberian modal 52.000 Trilliun dari 3 negara tersebut sangat menyakitkan, di tengah kelaparan dan penderitaan warga Palestina.

    Negara-negara lain pun mulai mengubah arah. Turki secara resmi memutuskan hubungan diplomatik. Yaman terus menegaskan posisi perlawanannya secara militan terhadap Israel. Beberapa negara Eropa mulai mengevaluasi ulang hubungan bilateral dan pengiriman senjata. Bahkan suara keras mulai terdengar dari Vatikan, lembaga-lembaga HAM, dan lembaga multinasional.

    Apakah ini titik balik? Terlalu dini untuk memastikan. Tapi inilah fase penting: saat narasi besar tak lagi tunggal, saat aktor dominan mulai kehilangan kepercayaan, dan saat rakyat dunia semakin berani bersuara.

    Dalam lorong gelap sejarah, terkadang sinar harapan lahir bukan dari kemenangan, tapi dari runtuhnya kebohongan.

    Menjaga Api Harapan

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    2 COMMENTS

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here