Dalam sebuah acara wisuda di sebuah universitas, sepasang orang tua nampak kebingungan di luar gedung mencari anaknya yang diwisuda. Kedua orang tua itu sengaja datang, karena sebelumnya sang anak menelpon memberitahu pada hari itu akan diwisuda.
Keduanya datang dari kampung dengan menjual kambing untuk menyewa mobil demi menghadiri acara wisuda sang anak. Namun setelah dicek ke pihak universitas, ternyata anak yang bersangkutan sudah DO dua tahun lalu, namun mengaku masih kuliah dan setiap bulan meminta yang SPP dan bekal.
Cerita ini dikatakan Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Ygyakarta (UNY) di Twitter pekan lalu, (26/08/2020). Ia mendapati cerita tersebut saat memenuhi undangan wisuda di sebuah Universitas saat masih menjabat sebagai Sesditjen Belmawa Kemenristek Dikti.
Tidak hanya itu saja, kata Sutrisna, baru-baru ini juga, ada beberapa orang tua mahasiswa datang ke kampus, memohon keringanan UKT untuk anaknya. Para orang tua itu mengaku anaknya sudah mengajukan keringanan itu, tapi tidak disetujui oleh universitas.
Setelah universitas cek, ternyata mahasiswa yang bersangkutan mendapatkan pemotongan. Bahkan ada yang sampai dibebaskan UKTnya, namun tidak jujur kepada orang tuanya. Sehingga orang tua tetap memberikan uang UKT penuh tapi uang tersebut entah dipake apa oleh sang anak.
Menurut Sutrisna, kasus-kasus demikian bukan sedikit, tapi banyak sekali. Bahkan sampai ada yang masih meminta uang untuk kuliah praktek dan lain-lain. Padahal saat pandemi kampus mengurangi kegiatan langsung dan menghilangkan beberapa praktek perkuliahan dan mengganti dengan hal lain.
Sutrisna mengaku sedih jika teringat kelakuan-kelakuan mahasiswa seperti itu. Mereka sampai tega menipu orang tuanya sendiri, padahal orang tua telah bersusah payah demi anaknya agar bisa memberikan yang terbaik, tapi si anak tidak bisa menjaga amanah tersebut.
“Tolong hargai pengorbanan orang tua kalian, jangan tipu mereka!” tulis Sutrisna memberi judul pada cerita-cerita tersebut.
Untuk itu, Sutrisna berpesan, jika tidak bisa membuat mereka bahagia, maka jangan terlalu membebaninya. Jaga nama baik mereka dan doakan mereka di setiap ibadahmu.
“Jangan diperbudak oleh gaya hidup sehingga lupa akan mereka,” ungkap pria dengan keahlian filsafat Jawa ini.[]