More

    Mission Impossible di Lapas Cebongan Sleman

    Frino Bariarcianur
    23032013 ilustrasi mission imposible di lapas cebongan slemanPeristiwa penembakan dan pembunuhan di Lembaga Permasyarakat IIB Cebongan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu dini hari sekitar pukul 01.00 WIB (23/03/2013) sungguh mengerikan. Ke-4 korban ditembak gerombolan bersenjata AK 47.

    Siapakah gerombolan bersenjata itu?

    Dari mulai  Kepolres Sleman AKBP Hery Sutrisman, Kapolda DIY Brigadir Jenderal Pol. Sabar Raharjo, Komandan Korem 072/Pamungkas Brgjen Adi Wijaya, Pangdam IV Diponegoro Mayor Jenderal TNI Hardiono Saroso, Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Denny Indrayana, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo, dan seluruh jajaran penting aparat keamanan negara ini, mengangkat bahu.

    - Advertisement -

    Setidaknya sampai Sabtu malam ini, mereka mengaku tidak tahu siapa pelakunya. Sejauh ini hanya menduga-duga.

    “Yang jelas dan perlu digaris bawahi pelaku adalah orang tidak dikenal,” kata Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Hardiono seperti dilansir sejumlah media massa. Bahkan ia mengatakan senjata yang digunakan oleh para penyerang beredar di masyarakat.

    Wah!

    Berdasarkan pengakuan pihak Lapas Cebongan, sejumlah orang bersenjata AK 47 masuk ke Lapas. Menodongkan senjata, merusak CCTV dan mencabut rekaman video. Gerombolan ini bergerak cepat. Petugas Lapas dipaksa menunjukkan arah ruangan kepala Lapas.

    Petugas Lapas kalang kabut. Tidak menyangka Lapas kelas IIB itu menjadi arena Mission Impossible. Lima petugas babak belur. Dua diantaranya Widiatmana dan Supratikno mengalami luka cukup parah sehingga perlu dirawat di rumah sakit.

    Target gerombolan bersenjata AK 47 itu adalah para tahanan titipan Polda DIY. Sesampai di sel 5A blok Anggrek, gerombolan senjata langsung memuntahkan peluru AK 47. Dar! Der! dor!

    Darah pun bersimbah.

    Korban yang tewas adalah Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi (33), Yohanis Juan Manbait alias Juan (37), Hendrik Benyamin Sahetapy Engel alias Diki (38), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (23).

    Keempat korban dieksekusi di depan puluhan pasang mata napi yang lain. Korban adalah pelaku kericuhan dan penganiayaan di Hugos Cafe Selasa lalu (19/3/2013). Penganiayaan ini menewaskan Sersan Satu Santoso, anggota TNI AD Kopassus Kandang Menjangan, Kartosuro, Solo.

    Sehingga muncul dugaan kuat dari Denny Indrayana yang secara lugas menyatakan penyerangan dan pembunuhan ini terkait terbunuhnya anggota TNI AD. Tapi jajaran TNI dengan tegas menjawab, bukan anggota TNI pelakunya. Sebab  siapa saja bisa menjadi pembunuh ke-4 korban ditambah senjata yang digunakan penyerang juga banyak beredar di masyarakat.

    Jadi siapa pelakunya?

    Aksi Mission Impossible chapter Ghost Protocol di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta menunjukkan lemahnya kekuatan perangkat hukum di Indonesia. Aksi cepat para gerombolan tersebut secepat pasukan anti teroris menghancurkan gerakan teroris selama ini. Rumor pun bergerak cepat, gerombolan AK 47 ingin “balas dendam” atas tewasnya rekan mereka. Tindakan brutal ini juga sekaligus menunjukkan bahwa “pasukan” mereka solid dan kuat.

    Ini tugas penting orang-orang yang memiliki jabatan tinggi di sektor keamanan Indonesia, orang-orang yang memiliki pengetahuan dan metode untuk mengungkap siapa pelaku pembunuhan itu.

    Jika tidak, kita akan kembali ke hukum rimba. Sungguh mengerikan.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here