More

    Partai Islam di Australia Justru Menimbulkan Perpecahan

    ABC AUSTRALIA NETWORK
    Brett Williamson
    Wakil Walikota Adelaide Houssam Abiad menyatakan akan mendorong para imigran untuk lebih cepat berintegrasi dengan masyarakat Australia. Dia mengkhawatirkan pembentukan partai Islam bernama Australian Muslim Party justru akan menimbulkan perpecahan lebih besar.

    Wawali Houssam Abiad baru saja dipercaya menjadi anggota Council of Australian-Arabs Relations yang dibentuk Pemerintah Australia.

    Menurut Abiad, salah satu masalah terbesar yang dihadapi para imigran adalah kekhawatiran akan lingkungan barunya. Kekhawatiran ini memicu terjadinya segregasi dalam masyarakat dan menimbulkan perpecahan yang tidak perlu.

    - Advertisement -

    “Saat anda tiba pertama kali, otomatis anda merasa tidak diterima – padahal hal itu tidak ada urusannya dengan masyarakat Australia secara umum,” katanya.

    “Para imigran rindu kampungnya, teman-temannya, dan pengalaman hidup yang telah mereka jalani di kampungnya,” ujar Abiad.

    Namun demikian, menurut Abiad, pilihan para imigran untuk berinterkasi hanya dengan sesamanya dalam satu budaya, dan tidak berintegrasi dengan masyarakat luas, merupakan penyebab terjadinya isolasi.

    Deklarasi pendirian sebuah parpol Islam bernama Australian Muslim Party pekan lalu di Sydney, menurut Wawali Adelaide, akan semakin memperburuk pengkotak-kotakan dalam masyarakat.

    Partai itu sendiri menyatakan mengusung misi untuk menentang parpol yang anti Islam di Australia.

    Namun menurut Abiad, yang ingin menjadi caleg dapil Adelaide untuk parlemen nasional dari Partai Liberal yang kini memerintah, “saya 100 persen menolak pembentukan parpol tersebut”.

    “Agama dan negara harus tetap terpisah,” katanya.

    Menurut pengakuannya, dia sendiri butuh 10 tahun setelah keluarganya pindah ke Australia baru bisa merasa seperti di kampung sendiri.

    Dia mengaku awalnya hanya berinteraksi dengan sesama warga Muslim Australia asal Lebanon.

    Abiad menuturkan bagaimana ia mengalami krisis identitas dan merasa kehilangan jati dirinya. “Di Lebanon saya merasa sebagai orang Australia. Tapi di sini saya merasa sebagai orang Lebanon,” tuturnya.

    “Setelah kejadian 11 September, tiba-tiba Houssam warga Australia berubah menjadi Houssam si Muslim, dan orang mempertanyakan mengapa ini terjadi,” katanya.

    Kejadian itu mendorong dia untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya, dan bergaul dengan masyarakat Australia lebih luas lagi.

    Abiad sebenarnya lahir di Australia tahun 1976 dan tinggal di Adelaide hingga usia 3 tahun. Lalu dia kembali ke Lebanon dan tinggal dengan kakeknya, di tengah perang saudara di negara itu.

    Pada tahun 1995 keluarganya kembali ke Australia dengan harapan bisa memulai hidup yang lebih baik.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here