More

    Belajar dari Australia, Negeri Penemu WiFi yang Miliki Industri Sains Kelas Dunia

    ABC AUSTRALIA NETWORK
    Gatot Soepriyanto

    Ketika Anda membaca artikel ini, besar kemungkinan Anda mengaksesnya melalui jaringan internet via WLAN (wireless local area network) atau lebih populer disebut dengan Wifi.

    Gatot Soepriyanto, ketiga dari kanan bersama beberapa peserta acara RIRI. Foto: pribadi.
    Gatot Soepriyanto, ketiga dari kanan bersama beberapa peserta acara RIRI. Foto: pribadi.

    Tahukah Anda bahwa teknologi Wifi ini ditemukan oleh CSIRO (Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation), salah satu lembaga riset elit milik pemerintah Australia?

    Saya, beserta 24 orang mahasiswa PhD Indonesia di Australia, mendapatkan kesempatan untuk menghadiri acara Research Investment Republic of Indonesia (RIRI), 8 – 9 Februari lalu di Canberra. Salah satu pembicara yang hadir berasal dari CSIRO – lembaga pemegang paten Wifi tersebut.

    - Advertisement -

    Acara ini sendiri diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri dan Pedagangan Australia (DFAT) sebagai salah satu program pengayaan bagi para mahasiswa penerima beasiswa Australia Awards.

    Tujuan dari acara ini antara lain untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang dunia penelitian di negeri kanguru, agar bisa menghasilkan penelitian berkelas dunia serta peluang kerjasama apa yang bisa dikembangkan antara peneliti Indonesia dan Australia.

    Selama dua hari penuh, kami, para delegasi mendengarkan pemaparan dari Dewan Riset Australia (ARC/Australia Research Council), pemerintah Australia (Departement of Education and Training dan Department of Industry, Innovation and Science), lembaga riset unggulan milik pemerintah (CSIRO danAustralian Centre for International Agricultural Research atau ACIAR), serta badan pemerintah untuk urusan komersialiasi riset di bidang energi terbarukan atau Australian Renewable Energy Agency (ARENA). Ada pula pihak perguruan tinggi yang diwakili oleh ANU atau Australia National University.

    Saya merasa sangat beruntung bisa bergabung dalam RIRI ini, karena kami mendapatkan banyak paparan dan pengetahuan langsung dari beragam institusi unggulan tersebut.

    Lalu pelajaran apa saja yang bisa dipetik dan dijadikan pelajaran bagi masyarakat dan peneliti Indonesia?

    Pertama, pentingnya kucuran dana untuk penelitian dari pemerintah.

    Menurut data ARC, anggaran pemerintah Australia untuk penelitian di tahun 2015-2016 “hanya” sebesar 0.02 persen, atau sekitar A$9,7 miliar dari total anggaran pemerintah Federal, yang mencapai A$429 miliar dollar.

    Anggaran ini jauh dibandingkan anggaran pemerintah untuk pos jaminan sosial, dan kesehatan pendidikan, atauh bahkan sektor pertahanan. Namun, dari dana tersebut bisa mencapai hasil riset yang dianggap sangat luar biasa.

    Salah satu buktinya, hasil riset peneliti Australia berkontribusi pada 3,44 persen hasil riset di seluruh dunia. Dari segi kualitas, hasil riset Australia termasuk yang paling banyak dikutip oleh periset lain. Australia berada di urutan ke 8 dalam hasil output riset kategori negara-negara maju (OECD).

    Lantas bagaimana penggunaan dana riset Australia bisa begitu efektif? Ini terkait dengan pelajaran kedua yang saya dapatkan.

    Australia sangat terbuka terhadap kolaborasi penelitian berskala Internasional. Australia begitu pandai menyatukan kekuatan riset yang dimilikinya dengan keunggulan kapasitas riset negara lain, sehingga bisa menghasilkan kualitas riset kelas dunia.

    Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi mitra Australia dalam menjalankan program risetnya.

    Menurut ARC, terdapat lebih dari 60 program kerjasama riset antara peneliti Indonesia dan ARC di tahun 2015, dengan total kucuran dana penelitian lebih dari A$ 17,9 juta. Lembaga Australia lain yang aktif melakukan kolaborasi internasional, adalah ACIAR, dengan fokus pada penelitian di bidang pertanian di negara-negara berkembang di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

    Pelajaran ketiga yang saya rasakan, Australia sangat cepat dalam merespon situasi dan berusaha untuk terus menjadi lebih baik lagi.

    Meskipun hasil penelitian Australia sudah berada di tingkat atas dunia, mereka tidak tinggal diam berpangku tangan.

    Australia masih ingin mengubah hasil penelitian menjadi produk komersial, atau komoditas yang bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat dan dunia industri.

    Kini, pemerintah Australia menyusun strategi baru dalam bentuk National Innovation and Science Agenda, di mana mereka memiliki banyak program dan terobosan dalam rangka komersialisasi hasil penelitian.

    Termasuk dalam program ini adalah memberikan pembebasan pajak bagi perusahaan yang berusaha mengembangkan produk dari hasil penelitian terbaru, penambahan alokasi dana riset ratusan juta dollar untuk lembaga penelitian utama semacam CSIRO dan ACIA, serta melakukan dukungan bagi program inkubator bisnis.

    Tak hanya itu, pemerintah Australia juga akan memberikan kemudahan dalam mengeluarkan visa dan imigrasi bagi para peneliti dan ilmuwan yang bekerja di bidang-bidang yang menjadi prioritas utama pemerintah Australia.

    Semoga paparan, pelajaran dan pengalaman yang didapatkan oleh saya dan para delegasi program RIRI lainnya bisa bermanfaat bagi kemajuan dunia penelitian Indonesia di masa mendatang. []

    Tulisan ini adalah pendapat dan pengalaman pribadi. Gatot Soepriyanto adalah dosen di Bina Nusantara (BINUS) University. Saat ini menempuh pendidikan Doktoral di Departemen Akuntansi, Monash University dengan dukungan beasiswa Australia Awards.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here