More

    Menembus Mitos Bukit Penderitaan

    Ahmad Fauzan Sazli

    13 08 2013 Pendakian Rinjani 05 Kaka
    Dua orang pendaki tengah istirahat saat sedang melakukan pendakian di bukit penderitaan Gunung Rinjani. FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI

    Pagi di Pos III Sembalun cerah. Waktu menunjukkan pukul 07.00 WIT. Usai makan pagi dan membereskan tenda, kami pun bergegas menuju Plawangan Sembalun yang berada di 2.639 Mdpl di Gunung Rinjani.

    Sebelum mendaki, kami telah diwanti-wanti sebelumnya, bahwa bukit yang akan kami lalui nanti adalah sembilan bukit penderitaan. Entah siapa yang menamainya, namun, menurut sejumlah pendaki, bukit ini dinamakan demikian karena bukitnya curam dan dirasa sulit dilalui.

    - Advertisement -

    Saya dan 55 pendaki lainnya yang tergabung dalam Pendakian Bersama Consina ini pun memulai pendakian. Pendakian dimulai dengan melewati batu-batu besar dan pasir. Sementara disekelilingnya adalah rumput- rumput terbakar karena kemarau.

    Kami berjalan setahap-demi setahap dengan slogan, takkan lari gunung dikejar atau banyak istirahat yang penting sampai.

    Perjalanan di bukit penderitaan tidak memutari bukit, namun lurus terus ke atas, sekitar 90 derajat. Di jalur ini kami lebih banyak istirahat. Apalagi banyak bukit yang hanya memberikan harapan palsu. Dari bawah nampak terlihat ujung bukit padahal masih ada ujung bukit yang lain lagi.

    Tantangan kami, selain melewati tanjakan berpasir adalah orang-orang yang turun ke bawah dengan berlari. Dengan cara turun mereka tersebut, membuat debu berhamburan ke udara.

    Meski medan bukit terbilang berat, secara perlahan dapat kami lalui. Apalagi dua teman pendaki kami, merupakan pria berkepala lima yakni, Subagia (52) dan Rico (58). Kedua orang tua ini, selalu bersemangat melewati bukit demi bukit tanpa ada keluhan. Mereka berdua inilah yang kami jadikan acuan untuk tidak gampang menyerah dalam menaklukan sembilan bukit penderitaan.

    Selama mendaki, kami dibantu oleh Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Mataram sebanyak lima orang. Mereka kerap menyemangati kami untuk bisa melewati sembilan bukit penyiksaan ini.

    Hingga akhirnya kami semua mampu menaklukan sembilan bukit penderitaan dan tiba di Plawangan Sembalun.

    Dari atas bukit ini telah berdiri lebih dari seratus tenda berwarna-warni. Dari bukit ini terlihat Danau Anak Segara yang menyirnakan kelelahan selama pendakian. Namun sayang pemandangan Anak Segara hanya bisa dilihat sebentar karena tertutup kabut. Meski demikian, kami masih dapat menikmati cahaya matahari terbenam dari bukit Plawangan.

    Selang beberapa waktu, angin bertiup kencang. Kemudian, kami pun memasak makan malam dari tenda masing-masing, serta melakukan persiapan pendakian puncak gunung Rinjani.[]

    - Advertisement -

    2 COMMENTS

    1. Sya jga sudah berhasil mencapai puncak, benar2 mengesankan, ibarat melewati neraka sbelum mati… Klaparan, kehausan, kecapekan… Lengkap semua ujiannya.. Syukur, kita mendaki ber33 semuanya mencapai puncak..
      Bisa diambil pelajaran, yaitu… ”tidaklah penting power dalam pendakian, mental yg kuatlah utama”

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here