More

    Memperingati Legenda Letusan Gunung Krakatau

    A. Fauzan

    Tempat bersadar kampal di bawah kaki Gunung Anak Krakatau. Foto : Fauzan Sazli
    Tempat bersadar kampal di bawah kaki Gunung Anak Krakatau. Foto : A. Fauzan

    Siapa yang tak kenal dengan Gunung Krakatau. Pada tanggal 27 Agustus 1883 Gunung Krakatau pernah meletus dan melepaskan energi satu juta lebih besar dari pada bom hidrogen. Konon suara letusannya ketika itu  terdengar oleh seperdelapan penduduk bumi dan abunya bisa terlihat dari Norwegia dan New York.

    Pada hari Sabtu, 30 Agustus 2014, saya bersama ratusan orang lainnya menginjakkan kaki di Gunung Anak Krakatau untuk memperingati dahsyatnya letusannya gunung tersebut. Peringatan kali ini adalah peringatan yang istimewa, karena sebelumnya peserta hanya bisa menyaksikan Gunung Anak Krakatau dari kapal Ferry.

    - Advertisement -

    Untuk menuju ke sana, kami berangkat dari Dermaga Bom, Kalianda, Lampung Selatan menggunakan kapal nelayan berukuraan 21 m x 5 m dengan mesin GT 21. Jarak yang ditempuh sekitar 50 Km. Saat itu kami berangkat pukul 09.00 WIB dan tiba di Anak Gunung Krakatau pukul 12.30 WIB.

    Sebelum tiba di Gunung Anak Krakatau, dari kejauhan gunung ini terlihat perkasa dengan diselimuti pasir berwarna hitam berdiri tegak di tengah samudera luas. Menginjakkan kaki ke anak gunung krakatau, kami disambut dengan pantai berpasir hitam.

    Tampa ba bi bu, para peserta tour pun langsung melakukan pendakian. Sementara sebanyak tiga orang paramotor Lampung terbang di udara berkeliling sebagian area Gunung Anak Krakatau. Dengan parasut bertuliskan I Love Lampung. Mereka beraktraksi selama 30 menit.

    Gunung Anak Krakatau memang boleh dijelajahi, namun kami hanya dapat mendaki gunung anak krakatau sampai ketinggian sekitar 200 meter yang dapat ditempuh dalam waktu 30-45 menit sampai pos terakhir pendakian.

    Jalur pendakian Gunung AnakKrakatau bukanlah jalur pendakian yang mudah. Kami harus menghadapi kondisi tanah yang miring berpasir, dan udara yang panas. Namun rasanya, kondisi ini tidak jadi persoalan, karena hampir seluruh peserta tour yang ikut mendaki terlihat tiba di atas pos terakhir.

    Dari ketinggian 200 meter ini, panas dan kelelahan pada saat mendaki rasanya hilang. Dari atas sini, terlihat pemadangan pepohonan hutan cemara,  garis pantai, dan samudra luas yang mengelilinginya.

    Dari ketinggian 200 mdpl di Gunung Anak Krakatau. Foto : A. Fauzan
    Dari ketinggian 200 mdpl di Gunung Anak Krakatau. Foto : A. Fauzan

    Selain itu, kami juga bisa melihat dengan jelas pasir hitam puncak disertai bekas lava gunung yang masih aktif ini. Namun saat kami di sana, gunung ini sama sekali tidak mengeluarkan asap dan batuk.

    Meski tidak bisa mencapai puncak tertinggi, namun rasanya dari sini sudah cukup untuk memandangi samudara luas yang mengelilingi Gunung Anak Kraktau. Inilah saatnya peserta tour untuk foto selfie ria. Panas pun tak dirasa, sebagian besar peserta menghabiskan waktu di sana hingga setengah jam untuk berfoto.

    Krakatau merupakan suatu gugusan kepulauan yang terdiri dari 4 buah Pulau yaitu Pulau Sertung, Pulau Krakatau Besar (Pulau Rakata), Pulau Krakatau Kecil (Pulau Panjang) dan Pulau anak Krakatau yang muncul di tengah ketiga Pulau lainnya pada tahun 1927 atau 44 tahun setelah letusan dahsyat yang mengguncang dunia pada tahun 1883.

    Gunung Anak Krakatau tumbuh setiap tahunnya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun gunung ini menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki. Penyebab bertambah tingginya gunung ini disebabkan material yang keluar dari perut gunung. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 700 meter dari atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.

    Gunung Anak Krakatau adalah fenomena alam yang unik. Di sana orang bisa menikmati pemandangan gunung berapi sekaligus lautan. Namun sayang waktu kami tak banyak di sana.Setelah puas menikmati panorama alamnya kami pun bergegas pulang ke Dermaga Bom.

    Rasanya memang tak cukup hanya satu hari menghabiskan waktu di Gunung Anak Krakatau. Apalagi di sekitar gunung tersebut masih banyak panorama alam yang bisa dinikmati, seperti snorkling di bawah laut dan mandi di pinggir pantai yang bersih.

    Tapi bagi kamu yang menyukai fotografi dan  ingin menangkap pemandangan yang lebih indah, saya sarankan untuk menginap di Pulau Sebesi (pulau terkdekat Gunung Anak Krakatau) dan datang ke sana ketika matahari terbit. Selain bisa melihat langsung matahari terbit dan udara yang segar,  tentunya pemandangan di sana juga akan terlihat lebih jelas.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here