More

    Jeje, Orang Indonesia Pertama Keliling Dunia Naik Motor Kini Jelajahi Australia

    ABC AUSTRALIA NETWORK
    Erwin Renaldi

    Jeffrey Polnaja, warga Bandung, mengendarai BMW berkeliling dunia membawa misi "Ride for Peace". FOTO : ride for peace/Jeffrey Polnaja
    Jeffrey Polnaja, warga Bandung, mengendarai BMW berkeliling dunia membawa misi “Ride for Peace”. FOTO : ride for peace/JEFFREY POLNAJA

    Jeffrey Polnaja atau biasa dipanggil Kang JeJe, warga Bandung, telah mengunjungi 96 negara di empat benua dengan motor besarnya. Kini ia berada di Australia dalam perjalanan yang ia dedikasikan untuk perdamaian dunia.

    Australia menjadi benua terakhir yang dikunjungi oleh Jeffrey Polanaja dalam penjelajahannya keliling dunia, yang ia beri nama Ride for Peace.

    - Advertisement -

    “Saya berada di jalan selama tujuh tahun mendedikasikan perjalanan ini untuk perdamaian dunia,” ujar Jeffrey saat ditemui di Albert Park, Melbourne.

    “Bumi ini sangat indah. Sayangnya. di beberapa tempat terjadi peperangan. Kalau bisa kita bersama mencegah itu,” ujarnya.

    Jeffrey sudah berada di jalan naik motornya sendirian selama tujuh tahun.

    “Idenya sudah ada sejak tahun 2001 dan persiapan dilakukan selama lima tahun,” jelasnya.

    Persiapan yang utama, selain fisik adalah persiapan mental. Jeffrey mengaku kalau sebelumnya sudah beberapa kali ditolak oleh pihak sponsor karena ide keliling dunia naik motor dianggap kurang masuk asal.

    Ia pun mengaku kalau tidak perlu menjadi kaya untuk bisa berkeliling dunia.

    “Siapapun, asalkan punya kemampuan, konsisten, tetap semangat untuk meraih apa yang diinginkan, maka akan mendapatkannya,” ujar Jeffrey kepada Erwin Renaldi dari ABC International.

    Ia sendiri banyak tidak tahu soal negara-negara dan medan-medan yang dilaluinya, tetapi semuanya ia pelajari di jalanan.

    Perjalanan Jeffrey dimulai di Jakarta pada tahun 2006. Kemudian ia menyusuri rute Asia, Afrika, Eropa, Amerika Utara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, hingga akhirnya Australia.

    Mengendarai motor sendirian tanpa ada teman dan tim, membuat semua kendala harus ia hadapai sendirian.

    “Saat ban kempes, dirampok, hampir ditembak, ditabrak, semua dihadapi dengan sendiri,” jelasnya.

    Salah satu medan yang harus dilalui Jeffrey di Australia, ratusan kilometer sebelum mencapai kota terdekat . FOTO : Ride for Peace/JEFFREY POLNAJA
    Salah satu medan yang harus dilalui Jeffrey di Australia, ratusan kilometer sebelum mencapai kota terdekat . FOTO : Ride for Peace/JEFFREY POLNAJA

    Masalah lain yang ia hadapi adalah medan jalan, karakter pengemudi dan pengguna jalan, hingga cuaca yang ekstrim.

    Tapi ini mengajarkannya bahwa dalam hidup, tidak perlu ada kekhawatiran soal masalah apapun.

    “Tidak perlu khawatir, yang penting adalah menghadapi kendala dan masalah. Misalnya ban bocor. Awalnya mungkin sulit dan membutuhkan waktu lama untuk memperbaikinya, tapi jika hal tersebut kembali terjadi, maka kita seolah menjadi terbiasa dan sudah dianggap bukan sebagai kendala lagi,” katanya.

    “Intinya, jangan mundur, terus hadapi. Kalau mentok, jangan memaksa jalan. Rileks, tarik nafas, amati, kemudian setelah mengamati akan temukan jalannya, ini berlaku dalam setiap aspek kehidupan.”

    Motor besar yang digunakan Jeffrey memiliki kapasitas bensin sekitar 27 liter, yang bisa bertahan hingga jarak sejauh 400-an kilometer.

    Jeffrey berharap perjalanannya keliling dunia ini bisa menjadi cerita dan inspirasi bagi jika generasi mendatang di masa depan, untuk bisa saling bergandengan tangan dan menciptakan keharmonisan di dunia. Tonton video perjalanan Jeffrey keliling dunia disini. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here