More

    Ketatnya Aturan Soal Sampah di Gunung “Seven Summits”

    Tim mahasiswi Mahitala di Gunung Kilimanjaro. Dok. Mahitala
    Tim mahasiswi Mahitala di Gunung Kilimanjaro. Dok. Mahitala

    BANDUNG, KabarKampus – Tim The Women Of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (Wissemu) telah berhasil mendaki sebanyak empat gunung yang merupakan rangkaian gunung-gunung seven summits. Empat gunung tersebut yaitu Gunung Carstensz Pyramid (4.884 mdpl) di Papua, Gunung Elbrus (5.642) di Rusia, Gunung Kilimanjaro (5.895) di Tanzania, dan Gunung Aconcagua (6.962) di Argentina.

    Salah satu yang menjadi perhatian tim Wissemu dalam pendakian di empat gunung tersebut adalah masalah persampahan. Meski setiap gunung menerapkan kebijakan yang berbeda-beda, bagi mereka semuanya bagus dan bisa diterapkan di Indonesia.

    Fransiska Dimitri  Inkriwang (23) salah satu tim  pendaki Wissemu menjelaskan, keempat gunung yang mereka daki menerapkan peraturan mengenai sampah yang cukup ketat. Seperti saat mereka mendaki Kilimanjaro di Tanzania. Di gunung yang mewakili lempeng Afrika tersebut, mereka dilarang membawa botol plastik.

    - Advertisement -

    “Kami harus bawa botol minuman yang bisa isi ulang. Kalau misalnya ketahuan, sanksinya bisa dikeluarkan dari Taman Nasional Kilimanjaro dan tidak boleh melanjutkan pendakian,” kata Fransiska yang akrab disapa Didi ini di Kampus Unpar, Senin, (19/12/2016).

    Menurut Didi, peraturan ini terlihat sepele, namun ini cukup krusial. Karena pendaki yang berasal dari jauh, tidak boleh naik hanya gara-gara membawa botol ke Kilimanjaro.

    Selain itu ungkap Didi, peraturan lainnya yang harus dipatuhi pendaki adalah tidak boleh buang air besar dan kecil di sembarang tempat. Jadi untuk buang air Gunung Kilimanjaro harus di WC kering yang yang telah disiapkan. Lokasinya dipusatkan di Camp.

    “Hal ini untuk menghindari kotoran manusia di banyak tempat,” kata Didi.

    Hal serupa diberlakukan di Elbrus, di Rusia, para pendaki tidak boleh membuang kotoran atau sampah sembarangan. Karena mereka akan minum dari es itu sendiri.

    “Jadi kalau sembarangan buang air besar dan kecil itulah yang akan kita konsumsi,” jelas Didi.

    Didi menambahkan, gunung yang juga cukup ketat masalah sampah adalah Aconcagua di Argentina. Sebelum mendaki, petugas Taman Nasional memberikan plastik sampah kepada para pendaki. Bila pada saat turun tidak membawa plastik sampah dengan sampahnya, maka pendaki akan dikenakan sanksi.

    “Sanksinya cukup besar yaitu mencapai 200 dollar,” ungkap Didi.

    Terakhir, kata Didi adalah Gunung  Vinson Massif di Antartika. Gunung yang akan mereka daki dari tanggal 21 Desember 2016 ini adalah gunung yang terisolasi dan paling bersih sedunia.

    “Jadi kalau kita mau buang air besar dan kecil harus dibawa pulang. Jadi kalau pendaki jauh dari lubang pembuangan ia harus pipis di botol,” Jelas Didi.

    Menurut Didi, pendaki dapat membuang kotoran tersebut setelah menemukan bolongan tempat pembuangan. Biasanya bolongan ini ada di setiap camp. Termasuk membuang gray water atau air bekas cuci, air limbah ini tidak boleh dibuang sembarangan.

    “Masalah persampahan di gunung-gunung tersebut, kurang lebih bisa menambah inspirasi, supaya gunung-gunung di Indonesia ngga kotor,” ungkap Didi.

    Selain Didi, dua mahasiswi Unpar yang telah berhasil mendaki empat gunung tertinggi di empat lempeng benua tersebut adalah Mathilda Dwi Lestari dan Dian Indah Carolina. Namun dalam pendakian ke Gunung Vinson Summit, Carolina tidak bisa mengikuti ekspedisi karena masalah kesehatan yang dialaminya pada saat mendaki Gunung Aconcagua pada 1 Febuari 2016 lalu.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here