More

    Menjaga Pesan Sang Ayah

    Tiyara Cantika, mahasiswa terbaik Unjani periode wisuda Oktober 2018. Foto : Fauzan

    Mendiang ayah Tiyara Cantika pasti cukup bangga dengan apa yang diraih putrinya saat ini. Karena putrinya tersebut berhasil menjadi mahasiswa terbaik dalam wisuda Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani) periode Oktober 2018.

    Tiyara Cantika merupakan wisudawati dari Program Studi Manajemen dari Fakultas Manajemen dan Bisnis Unjani, Cimahi. Perempuan yang akrap disapa Yaya tersebut meraih IPK 3,96 dan merupakan wisudawan dengan IPK paling tinggi.

    Yaya pun mendapat kesempatan untuk menyampaikan sambutan mewakili sebanyak 1.819 wisudawan di atas podium. Namanya juga terus disebut-sebut dalam sambutan, baik Rektor Unjani, maupun Yayasan Kartika Eka Paksi Unjani.

    - Advertisement -

    “Ucapan selamat saya sampaikan kepada keluarga Ibu Eti Suharti, orang tua dari Tiyara Cantika, Prodi Manajemen, yang berhasil meraih predikat sebagai lulusan terbaik program Sarjana Kelompok Ilmu Sosial, dengan IPK 3,96. Percayalah saudari Tiyara, mendiang Ayahmu saat ini pasti sangat bangga melihat putrinya akan segera menapaki jalur kesuksesan secara mandiri dan menjadi harapan bagi keluarga,” kata Mayjen TNI Witjaksono, Rektor Unjani menyampaikan apresiasinya kepada Yaya di acara wisuda Unjani di Gedung Sasana Krida, Ujani Cimahi, Kamis, (11/10/2018).

    Yaya merupakan anak bungsu dari tiga saudara pasangan Almarhum Deni Akhiryadi dan Ibu Eti Suharti. Ayahnya meninggal dunia, ketika Yaya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

    Yaya mengaku, ketika mendiang Ayahnya hidup, pernah mengatakan ingin melihat anak bungsunya tersebut kuliah dan sukses. Ayahnya juga dulu menginginkan dirinya menjadi guru.

    “Saya selalu ingat pesan almarhum papah. Itu salah satu motivasi terbesar saya. Saya harus melakukan yang terbaik dan mencurahkan segala kemampuan. Alhamdulillah bisa membuktikannya,” terang Yaya menjawab pertanyaan motivasi yang membuatnya meraih IPK paling tinggi.

    Kemudian, kata perempuan berusia 22 tahun tersebut, kuliah kedua kakaknya juga tidak ada yang selesai.  Selain itu, ia juga kuliah dari biaya kedua kakaknya tersebut. Sehingga Yaya menjadi satu-satunya harapan keluarga.

    “Harapan papah satu satunya saya,” kata Yaya yang tinggal bersama Ibunya di Padalarang.

    Belajar Ala Yaya

    Yaya sebenarnya tidak begitu percaya bisa mendapat nilai paling tinggi se-Unjani. Menurutnya, dari mulai SD, SMP, dan SMA orang pintar selalu ada. Sehingga ketika kuliah ia tidak terlalu ambisius menjadi yang terbaik.

    Yaya mengaku, semuanya ia jalani apa adanya, dengan metode belajar yang ia terapkan sendiri. Mulai dari tidak mau duduk di belakang kelas, memperhatikan dosen dengan sebaik-baiknya terutama kuliah hitung-hitungan, hingga mengulang kembali di rumah mata kuliah yang ia tidak mengerti di kelas.

    “Apalagi menjalang UAS atau UTS, saya belajar dengan serius mungkin. Bila tidak mengerti saya berusaha untuk mengerti baik membaca buku maupun bertanya dari teman,” ungkapnya yang kerap meluangkan waktu untuk bernyanyi di waktu senggang.

    Namun Yaya mengaku, ketika kuliah ia tidak memiliki waktu untuk berorganisasi. Karena selain rumahnya jauh dari kampus, orang tuanya juga tidak mengijinkan Yaya pulang malam.

    Meski demikian kata Yaya, mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang aktif berogranisasi. Dengan demikian, mereka bisa bisa membangun jaringan. Jangan seperti dirinya yang tidak bisa mengikuti organisasi karena rumahnya jauh.

    “Kalau misalkan rumahnya deket, dia berani dan diizinkan orang tua, mendingan ikut organisasi untuk membangun network yang bagus,” terangnya.

    Selain itu bagi Yaya, mahasiswa juga harus peka terhadap masalah lingkungan sekitar. Banyak nonton berita dan mengurangin nonton sinetron.

    Rencana Yaya Kedepan

    Sejak kecil Yaya memang sudah tertarik menjadi guru. Namun setelah masuk dunia perkuliahan, ia lebih tertarik menekuni profesi dosen.

    Yaya berencana, setelah menyelesaikan jenjang S1 dapat bekerja dan mengumpulkan uang untuk biaya mengambil Master Ekonomi dan Bisnis Manajemen. Kemudian, juka sudah mengambil gelas master, ia ingin melamar menjadi dosen atau asisten dosen.

    “Dari profesi lain saya lebih tertarik menjadi dosen,” ungkapnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here