Ahmad Fauzan Sazli
Rosmawaty Lubis, dekan Fikes Unas menemui mahasiswa dan alumni Unas yang berunjuk rasa di depan rektorat Unas, Jakarta, Senin, (22/04/2013). FOTO : AHMAD FAUZAN SAZLI
JAKARTA, KabarKampus – Sebanyak dua angkatan alumni D-IV Kebidanan Universitas Nasional (Unas) nasibnya terkatung-katung. Pasalnya, mereka ditolak bekerja sebagai bidan di rumah sakit, klinik, bidan praktik swasta, serta tidak dapat menjadi pengajar kebidanan.
“Saat ini kami tidak bisa berprofesi dan bekerja sebagai bidan,” kata kata Septi Maisaroh Ulina, Alumni D-IV Kebidanan Unas.
Menurutnya, hal tersebut karena pihak kampus terlambat mendaftarkan berkas Akreditasi kepada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Sehingga ijazah lulusan D-IV Kebidanan Unas tidak memiliki nomor akreditasi BAN-PT.
Menurut Septi, karena tidak ada nomor akreditasi, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) sebagai organisasi yang menaungi bidan di Indonesia tidak mengakui ijazah D-IV Unas tersebut. Serta tidak merekomendasikan STR sebagai syarat mutlak bekerja sebagai bidan di Indonesia.
Temuan keterlambatan mendaftarkan akreditasi tersebut, mereka dapatkan setelah berkunjung ke sejumlah instansi seperti BAN-PT, Dirjen Dikti, Kemendikbud, serta Kopertis pada bulan April 2013. “Ternyata sejak pendirian Fakultas pada 12 Desember lalu, pihak Fakultas ternyata baru mendaftarkan akreditasi pada 14 Mei 2014,” ujar Septi.
Septi mengungkapkan, bahwa jumlah alumni yang tidak dapat bekerja sebagai bidan tersebut sebanyak dua angkatan atau sebanyak 21 orang. Tak hanya tak bisa bekerja sebagai bidan, para alumni tersebut juga tak bisa menjadi pengajar Kebidanan karena tak punya pengalaman praktek.
Hingga saat ini, sejumlah alumni dan mahasiswa terus memperjuangkan nasib mereka. Hari ini mereka menggelar aksi di depan rektorat kampus Unas. Mereka mendesak akreditasi dan pengakuan organisasi profesi kepada pihak pihak rektorat.[]
