More

    Ini Alasan Tragedi Rohingya Tidak Bisa Disebut Konflik Agama

    BANDUNG, KabarKampus – Tidak sedikit pihak yang meyakini tragedi kemanusiaan Rohingya ialah konflik agama antara Budha dan Islam. Pandangan ini bisa menyesatkan.

    Koordinator Jaringan Kerja Antar Umat Beragama Wawan Gunawan mengatakan, menyebut Rohingnya sebagai konflik agama sama dengan mengamini kekerasan atas nama agama.

    Sedangkan setiap agama tidak mengajarkan kekerasan. “Tolong cari teks Budisme dan agama lainnya apakah dibolehkan kekejaman seperti di Rohingnya,” kata Wawan Gunawan, dalam diskusi #Savekemanusiaan: Indonesia, Rohingnya dan Kemanusiaan di Kaka Cafe, Bandung, Senin (18/09/2017).

    - Advertisement -

    Menurutnya, jika agama membenarkan terjadinya kekejaman, lebih baik tidak beragama. Memang di setiap agama ada pengikut yang mendukung kekerasan, misalnya beribadah dengan cara menyakiti diri atau orang lain.

    “Itu adalah radikalisme yang ada di setiap agama. Jadi persoalannya bukan apa agamanya, tapi bagaimana cara dia beragama,” ujarnya.

    Ia menegaskan, agama dan cara beragama jelas berbeda. Sedangkan setiap agama hadir untuk memuliakan kemanusiaan. “Kalau ada agama yang mendegradasikan kemanusiaan itu aneh, atau itu bisa jadi tafsir agama atau tafsir politik agama yang pengertiannya lebih beda lagi.”

    Tafsir agama atau tafsir politik agama berbeda dengan agama itu sendiri. Tafsir masa lalu bisa tak relevan di masa kini. Contohnya masa Perang Salib pada abad pertengahan banyak tafsir yang bersiat agitatif.

    Misalnya, ada tafsir Islam yang tidak memperbolehkan seorang muslim duduk dengan seorang Kristen. Dalam konteks Perang Salib tafsir ini mungkin bisa berlaku. Namun dalam konteks sekarang, tentu tak relevan.

    Begitu juga dengan konflik Rohingnya yang tidak bisa langsung dikaitkan dengan Budha versus Islam. Apalagi sejumlah orang Indonesia langsung menyimpulkan bahwa konflik tersebut sebagai konflik agama.

    “Faktanya umat Budha di Indonesia mengutuk tindakan yang menimbulkan tragedi Rohingnya,” tutur Wawan Gunawan.
    Bahkan dalam ajaran Budha, sambung dia, jangankan membunuh manusia, membunuh nyamuk pun tidak diperbolehkan.

    Selain itu, isu Rohingya di Indonesia bercampur antara agama, politik dan hoax yang menjebak pada cara pandang yang salah. Menurutnya, hingga kini banyak warga Ahmadiyah yang tinggal di pengungsian NTB, lalu warga Syiah yang tinggal di pengungsian Sampang. Sudah lama mereka membutuhkan bantuan kemanusiaan.

    “Tapi saya tidak melihat Gubernur atau Wali Kota menggalang dana untuk mereka,” katanya.

    Ada pula yang memandang konflik tersebut terjadi karena Rohingnya bukan warga asli Myanmar. Pandangan ini juga tak kalah sesatnya. Pandangan serupa terjadi di Indonesia dimana muncul istilah pribumi dan non-pribumi, warga asli dan tidak asli. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here