Ahmad Fauzan Sazli
Dr. Suwarno, MSI, drh. DOTO : Dikti
JAKARTA, KabarKampus – Virus Flu Burung atau dikenal juga sebagai virus Avian Influenza (AI) merupakan virus menular yang berbahaya bagi manusia. Tidak hanya pada kesehatan manusia, tetapi juga pada aspek ekonomi dan sosial. Ratusan atau bahkan ribuan peternak unggas, baik ayam, burung maupun itik gulung tikar akibat pandemi flu burung yang pernah melanda Indonesia.
Untuk mencegah dan mengurangi dampak flu burung tersebut, Dr. Suwarno, MSi., drh., Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga mengembangkan Kit Diagnostik Elisa Avian Influenza. Kit Diagnostik Elisa Avian Influenza ini dirancang khusus sehingga mampu mendeteksi antibody H5N1 dan non-H5N1.
“ Avian influenza yang beredar di Indonesia sekarang ada 3 jenis H5N1, H5N2 dan H5N9.” tutur Suwarno.
Menurut Suwarno, pada umumnya deteksi virus AI sebagian besar menggunakan uji haemagglutination inhibition (HI), namun metode ini memiliki kelemahan yakni tidak dapat membedakan apakah antibody yang terdeteksi berasal dari vaksinasi/infeksi virus AI H5N1, H5N2 atau H5N9.
Ia menjelaskan, peternak unggas baik skala kecil maupun skala besar dapat memanfatkan kit ini untuk mengetahui atau membedakan apakah unggas yang dipelihara terinfeksi virus H5N1, H5N2 atau H5N9. Sehingga mereka dapat melakukan langkah-langkah preventif seperti pemberian vaksin yang tepat, sehingga virus tidak menyebar keseluruh populasi ternak. Hal ini dapat menekan kerugian yang diderita peternak.
Suwarno menuturkan, saat ini Kit baru dikembangkan untuk untuk menguji virus AI pada ayam, itik, burung. Rencananya nanti juga akan dikembangkan untuk menguji antibody manusia.
“Karena ijinnya berbeda kalau untuk hewan dari Kementerian Pertanian sedangkan untuk manusia dari Kementerian Kesehatan.” jelasnya.
Menurut Suwarno, karena diperuntukkan untuk hewan ternak, Kit ini dirancang seekonomis mungkin, sehingga tidak memberatkan peternak. Untuk pengujian di peternakan, 1-2 persen dari keseluruhan populasi ternak dapat digunakan sebagai sampel.
“ Apabila Kit ini diproduksi secara masal oleh perusahaan, harganya dapat ditekan lebih rendah lagi”, pungkas Suwarno.
Kit iyang didaftarkan paten merek dengan nama AINFLU ini juga membawa Suwarno meraih Juara III Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Berorientasi Industri 2013 dalam ajang Inovasi Agroindustri Expo 2013 lalu yang diselenggarakan Dikti.[]