More

    Seniman Bandung Tolak Hari Anti Tanpa Tembakau Sedunia

    Mega Dwi Anggraeni

    Seniman Bandung tolak Hari Tanpa Tembakau Sedunia di depan Gedung Sate Bandung, Jumat, (30/05/2014). FOTO : MEGA DWI ANGGRAENI
    Seniman Bandung tolak Hari Tanpa Tembakau Sedunia di depan Gedung Sate Bandung, Jumat, (30/05/2014). FOTO : MEGA DWI ANGGRAENI

    BANDUNG, KabarKampus – Tembakau memiliki arti bagi Seniman Bandung. Menjelang peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada tanggal 31 Mei, seniman Bandung justru melakukan aksi menolak Hari Tanpa Tembakau tersebut.

    Adalah John Heryanto dan Wanggi Hoeiyanto, dua seniman Bandung ini menggelar performance art di depan Gedung Sate Bandung, Jumat, (30/05/2014). Keduanya berperan sebagai dua orang petani tembakau.  Dalam aksi seni bertajuk “Terima Kasih Tembakau” tersebut  keduanya menaburkan tutup botol warna-warni.

    - Advertisement -

    Arman Jamparing salah satu seniman mengatakan, aksi ini merupakan bentuk solidaritas terhadap petani dan buruh tembakau. Tutup botol yang mereka tabur menyimbolkan para buruh dan petani tersebut.

    “Setelah mereka tidak lagi bekerja sebagai buruh, mereka bingung mau ngapain, berantakan tanpa ada solusi,” jelas Arman..

    Sementara itu, Roby Fuzi, Koordinasi Lapangan Gotong Royong Indonesia (GORI) mengatakan aksi ini juga sebagai bentuk perlawanan terhadap peringatan “Hari Tanpa Tembakau Sedunia”, serta kampanye-kampanye yang menyudutkan tembakau lainnya.

    “Kampanye-kampanye tersebut merupakan bentuk kriminalisasi dari para rezim internasional, untuk menguasai ekonomi di Indonesia melalui kampanye anti rokok,” ungkap Roby.

    Selanjutnya Roby menjelaskan, kampanye tersebut telah mematikan banyak petani dan buruh tembakau yang ada di Indonesia. Padahal sebenarnya tembakau itu tidaklah mengganggu kesehatan.

    “Yang mengganggu kesehatan adalah polusi udara yang dihasilkan oleh knalpot. Tetapi isu kesehatan tersebut akhirnya digunakan oleh Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang melakukan perjanjian dengan World Health Organization (WHO) untuk membatasi produksi, distribusi, dan penjualan tembakau,” tuturnya.

    Roby berharap, dengan aksi yang mereka lakukan, pemerintah bisa memberikan kedudukan terhadap rokok kretek dan tidak melakukan pelarangan. Terlebih menurutnya,  kretek merupakan bagian dari budaya Indonesia.

    “Kretek bagian dari budaya Indonesia, karena dia asli dari Indonesia dan tumbuh sudah berabad-abad yang lalu, apalagi saat ini Indonesia merupakan negara penghasil tembakau terbesar di dunia. ” pungkasnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here