More

    Mahasiswa ITB Lebih Pilih Media Sosial Sebagai Sumber Informasi

    Mega Dwi Anggraeni

    Diskusi. Foto Mega Dwi Anggraeni
    Diskusi Media dan Politik di kampus ITB Bandung, Senin, (30 06 2014). Foto Mega Dwi Anggraeni

    BANDUNG, KabarKampus – Berdasarkan survei  yang dilakukan Ganeca Pos, mahasiswa ITB lebih memilih memperoleh informasi lewat media sosial dan televisi dari pada surat kabar. Survei ini dilakukan terhadap 320 mahasiswa secara acak.

    Dari jumlah tersebut, sebanyak 27 persen memilih sosial media sebagai referensi informasi dan 27 persen memilih saluran televisi. Sisanya ada yang menggunakan saluran media online, majalah, koran, dan lainnya.

    - Advertisement -

    “Dari jumlah tersebut, pemilih koran sebagai referensi informasi hanya menunjukkan angka 11 persen,” jelas Atika Almira, Ketua Ganeca Pos kepada wartawan saat ditemui usai diskusi Media dan Politik di kampus Ganeca ITB, Senin (30/6/2014).

    Menurut Atika, Survei ini dilakukan selama kurang lebih dua minggu sejak 7 hingga 15 Juni 2014.  Ia bersama teman-temannya ingin melihat sejauh mana para mahasiswa ITB memandang dan memanfaatkan media. Terutama saat masa kampanye pemilihan presiden seperti saat ini.

    “Hasil survei menunjukkan twitter dan facebook menjadi pilihan teman-teman. Ini disayangkan, karena idealnya kami yang disebut sebagai kaum intelektual hanya bisa melihat informasi dengan cara seperti itu. Padahal, idealnya mahasiswa bisa mengkritisi lebih dalam lagi melalui informasi yang lebih luas,” ujarnya.

    Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Adi Marsiela Ketua AJI Bandung merasa prihatinannya setelah mengetahui hasil survei tersebut. Lewat diskusi terbuka, dia mengatakan bahwa mahasiswa perlu mengambil informasi sebanyak-banyaknya lewat berbagai media, bukan hanya dari media sosial saja.

    “Jika lihat berita di media online, dua sampai empat paragaraf sudah jadi berita banyak informasi yang terpotong. Jika sudah seperti itu, sebaiknya lari ke media cetak, di sana pembaca bisa mendapat gambaran dengan lebih jelas,” katanya.

    Adi juga mengatakan, tulisan dalam media cetak akan lebih banyak menggunakan data yang jelas. Selain itu, media cetak juga masih memasukkan konfirmasi dari dua pihak (narasumber) yang bersebarangan, untuk menjaga netralitas. “Jika data yang dimasukkan tidak benar, narasumber salah, pembaca bisa melaporkan ke dewan pers,” tambahnya.

    Lebih lanjut, Adi mengatakan, memperbanyak informasi pun bisa dilakukan dengan cara berbagi. Dia mencontohkan, tiga mahasiswa membeli tiga surat kabar yang berbeda, setelah selesai membaca, ketiganya bisa saling bertukar surat kabar.

    “Jangan beli koran yang sama, karena akan percuma. Lalu, setelah dibaca dan menemukan ada yang penting kan bisa langsung dikliping juga,” pungkasnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here