ENCEP SUKONTRA
Percaya diri dan prestasi. Itulah yang diusung Tim Bumi Siliwangi Team 4 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) untuk mengikuti Shell Eco-marathon (SEM) Drivers World Championship (DWC) London 2016.
Dalam kompetisi mobil cepat dan irit sedunia itu, mobil ramah lingkungan bernama Turangga Cheta EV3 karya Tim Bumi Siliwangi Team 4 ditargetkan merajai Eropa. Meski lawan yang mereka hadapi sangat berat berasal dari tiga benua, yakni Eropa, Amerika dan Asia.
Namun target tersebut tidaklah muluk-muluk mengingat Turangga Cheta EV3 sudah menorehkan prestasi di ajang serupa tingkat Asia, yakni Juara Dua SEM Asia di Filipina, Maret 2016 lalu. Berkat pretasi itu Turangga Cheta EV3 diundang untuk bisa bertandang di level lebih tinggi, yakni DWC London 2016.
Manajer Tim Bumi Siliwangi Team 4, Amin Sobirin, menyebutkan timnya akan berangkat ke kompetisi bergengsi itu 30 Juni 2016. Kompetisi akan berlangsung hingga 3 Juli 2016.
Tim Bumi Siliwangi Team 4 UPI terdiri dari delapan orang plus dua dosen pembimbing, yakni Amin sendiri, kemudian Ramdani dan Abdul Rochim sebagai driver dan second driver, Jody Rusli (chasis), Afitro Adam (accesories), Muhamad Isnaini (body), Dani Permana (frame and design), Shofiyudin Albadari (electrical enjine).
“Delapan orang disponsori Shell, tiket pesawat PP, apartemen, dan makan selama event. Sedangkan dosen dibiayai oleh pihak kampus,” jelas Amin Sobirin. Dua dosen pembimbing yang akan ikut mendampingi tim adalah Sriyono S.Pd dan Ridwan Adam M.N., M.Pd.
Bersama rombongan, mobil Turangga Cheta EV3 juga siap di-packing ke dalam pesawat untuk mendarat di Inggris. Sebelumnya mobil hitam berbentuk sedan mini dengan konsep city car ini sudah mengalami perubahan agar sesuai dengan syarat Drivers World Championship.
“Syarat yang harus kita penuhi berbeda dengan syarat saat kita mengikuti SEM Asia. Kita harus memperbaiki sistem baterai dan rem,” katanya.
Saat di SEM Asia, si Turangga Cheta menggunakan bahan bakar listrik bersumber dari baterai Lithium 480 volt. Kapasitas daya listriknya 1.000 watt. Kini sumber energi mobil akan menggunakan super kapasitor yang lebih bagus dari baterai lithium. Super kapasitor mampu charging dalam waktu singkat, 5 menit saja.
Perubahan lainnya dilakukan pada sistem pengereman. Dalam kompetisi tingkat dunia itu, mobil peserta harus mampu melakukan pengereman pada kecepatan 50 km/jam dengan jarak pengereman maksimal 20 meter. “Kalau lebih dari 20 meter itu didiskualifikasi,” ujar Amin Sobirin.
Spesifikasi lain dari Turangga Cheta adalah menggunakan Brushless DC motor listrik, sehingga suara mesin tidak kasar saat distarter. Sistem ini biasa dipakai pada teknologi motor matic paling mutakhir.
“Dengan teknologi brushless DC, mobil ini tidak khawatir dengan jarak tempuh yang jauh. Mesin juga dirancang agar tahan air. Kondisi hujan bisa tetap jalan,” katanya
Nantinya Turangga Cheta akan melaju di atas lintasan balap yang lebih ekstrem daripada di SEM Asia. Panjang lintasan sirkuit 2.240 meter dengan kontur naik turun. Lintasan itu harus ditempuh dalam tiga kali putaran. Mobil paling cepat dan paling irit akan menjadi juara.
Untuk persiapan, Turangga Cheta sudah melakukan uji coba di Kampus UPI yang berkontur naik turun.
Turangga Cheta tidak akan mendapat garis start di posisi satu mengingat pada SEM Asia hanya finish di urutan kedua. Penentuan posisi start ditentukan berdasarkan kejuaraan SEM level benua. Jika pada level Asia juara satu, maka otomatis akan memulai lomba di garis terdepan.
Kendati demikian, tim Turangga Cheta tetap optimis bisa menjuarai kompetisi tersebut. “Saya optimis meski tidak star di posisi satu tapi kita melesat jauh,” tandas mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik dan Kejuruan UPI ini.
Mahasiswa yang tengah mengerjakan skripsi ini mengakui, saingan terberat adalah mobil-mobil hemat energi buatan Eropa. “Mereka lebih menakutkan daripada Amerika.” []