More

    Mahasiswa Sains Lebih Rentan Dimasuki Paham “Radikal”

    Sejumlah aparat Kepolisian sedang menjaga proses penangkapan terduga teroris di Kelurahan Arjuna, Jalan Arjuna, Bandung, Senin, (27/02/2017).

    BANDUNG, KabarKampus – Dari hasil wawancara yang dilakukan Kapolri Komjen Pol Tito Kadarvian terhadap 600 orang yang menganut paham radikal yang ditangkap, ia mendapatkan cara berpikir yang sama dari orang-orang tersebut. Baik yang berasal dari Filipina, Australia, maupun Indonesia, mereka memiliki satu konsep yang sama tentang Kafir Harbi, Kafir Dzimi dan Darul Islam serta Darul Haq.

    Menurut Tito, negara yang tidak menerapkan hukum Islam mereka sebut sebagai Darul Haq. Kemudian ada dua kafir bagi mereka, salah satunya yang menyerang mereka secara aktif seperti polisi. Mereka sebut dengan Kafir Harbi yang wajib dibunuh.

    “Makanya ada bom yang mau ditaruh di kantor polisi. Bila membunuh polisi pahalanya besar,” ungkap Tito yang juga mantan Kadensus 88 Bareksrim Polri ini di hadapan mahasiswa dalam kuliah umum di Kampus ITB Bandung, Rabu, (08/03/2017).

    - Advertisement -

    Kemudian, kata Tito sebelum melakukan serangan teror, mereka biasanya melakukan yang disebut amaliah. Seperti kegiatan kemping dan latihan mulai dari menembak hingga latihan bela diri.

    “Kemping dan latihan ini dalam rangka menegakkan jihad.

    Dalam kesempatan tersebut, peraih gelar Ph.D dari NTU Singapura ini mengingatkan, agar mahasiswa mewaspadai paham radikal tersebut. Ia meminta agar mahasiswa membentengi diri dengan memahami ideologi tersebut.

    “Jadi kami mengharapkan adek-adek dari kalangan mahasiswa, bisa mengimunisasi diri masing-masing agar tidak terkena paham radikal. Tapi sebelumnya mahasiswa harus tahu dulu penyakitnya apa, agar tahu vaksinnya seperti apa,” ungkap Tito.

    Tito mencontohkan dari 1000 anggota Densus 88 yang berinteraksi dengan orang yang menganut paham radikal, hingga saat ini tidak ada yang menjadi teroris. Padahal setiap hari berinteraksi dengan mereka. Itu karena mereka paham mengenai konsep mereka, sehingga tidak terpengaruh.

    Namun Mantan Kepala BNPT ini mengungkapkan, ada yang lucu dan aneh dari hasil penelitianya. Mereka yang menganut paham radikal tersebut adalah berasal dari temen temen Sains, Ilmu Kimia, dan Biologi. Namun untuk ilmu sosial jarang terkena.

    “Mahasiswa yang berasal dari ilmu sain, mereka dilab saja. Ketika diajak sekali, pertama dimasukin umum dulu, kemudian dimasukin dokrin, selanjutnya jadi penganten dan siap bunuh diri,” jelas Tito.

    Dalam kesempatan itu juga Tito mengajak, mahasiswa mendalami isu ini. Trend Islam apa yang dipegang, sehingga mereka memiliki konsep Islam yang berbeda.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here