More

    Kabar Baiknya, Virus Corona Tidak Seganas Flu Burung

    BANDUNG, KabarKampus – Virus Corona (Covid-19) terus menyebar ke puluhan negara. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun menetapkan penularan virus ini sebagai ancaman global dalam level tertinggi. Saat ini lebih dari 70 negara di dunia yang warganya terinfeksi Covid-19, termasuk Indonesia.

    Di tengah ancaman global tersebut, masih ada kabar baiknya. Bahwa dari sisi kematian (mortaliti) yang disebabkan Covid-19, masih rendah jika dibandingkan virus flu lainnya seperti SARS, MERS-COV, atau flu burung (virus influenza A H5N1) yang pernah mewabah di Indonesia sekitar 2011.

    Dr Anggraini Alam dr., SpA (K), spesialis dari Divisi Infeksi dan Penyakit Tropik Departemen Kesehatan Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS)/Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), mengungkap saat ini jumlah secara global penularan Covid-19 sebanyak 90 ribu kasus. Dari jumlah ini, angka kematiannya mencapai 3.000 kasus.

    - Advertisement -

    Kasus kematian lebih banyak terjadi pada laki-laki usia lanjut yang sebelumnya sudah memiliki penyakit. Kurang dari 1 persen pasien yang meninggal tanpa disertai penyakit lain di luar Covid-19.

    “Angka kematian Covid-19 diperkitakan 2 persen. Jauh lebih kecil dibandingkan MERS-COV yang tingkat kematiannya lebih dari 30 persen,” kata DR Anggraini Alam, Kamis (5/3/2020).

    Untuk diketahui, Azzania Fibriani, staf dosen Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) ITB, mengungkapkan riset literaturnya bahwa Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang mewabah di Arab Saudi pada 2012 tingkat kematiannya mencapai 34 persen, sedangkan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang mewabah di China pada 2003 tingkat kematiannya 34 persen.

    Indonesia bahkan pernah menghadapi kasus penularan virud flu burung

    (virus influenza A H5N1) yang tingkat kematiannya mencapai 50 persen. Menurut Anggraini Alam, “RSHS pernah merawat flu burung yang angka kematiannya fifty-fifty (50 persen.” Bahkan jika dibandingkan dengan flu biasa yang sudah pandemik di masyarakat global, kematiannya ‘hanya’ 0,2 persen.

    Dokter yang pernah menjadi anggota tim penanganan flu burung RSHS ketika virus dari unggas ini pernah merebak sekitar 2011 itu lantas membeberkan data pasien Covid-19 dari China, negara asal Covid-19.

    Dari data tersebut terlihat tingkat penyembuhan Covid-19 juga memiliki persentase tinggi. Sebanyak 90 persen pasien yang dirawat sembuh. Data juga menunjukkan bahwa 80 persen pasien mengalami gejala ringan-ringan saja, bisa dirawat di rumah, dan hanya 13,8 persen pasien mengalami sesak napas, dan 4,7 persen kritis (gagal napas/penumonia).

    Lanjut Anggraini Alam, Covid-19 adalah human coronavirus yang terdiri dari 7 jenis. Dari jumlah tersebut, 4 di antaranya memiliki gejala seperti flu biasa. Akan tetapi ada 3 golongan yang termasuk beta Covid-19 yang menyebabkan sakit berat pada manusia.

    Sedangkan sumber penyakit 80 persen dari penularan hewan ke manusia (zoonosis). Sebab sekaragn ini hewan yang seharusnya berada di hutan, menjadi dekat dengan manusia. Penularan ini terjadi pula hewan yang menjadi vector pembawa penyakit seperti serangga. Dalam situasi ini, zoonosis akan terus terjadi selama manusia dekat dengan hewan.

    “Seperti Covid-19 yang asalnya dari pasar hewan Wuhan. Covid-19 secara genomic mirip dengan coronavirus yang ada pada kelelawar raksasa dari China,” terangnya.

    Penularan Covid-19 menjadi darurat global karena tingkat penyebarannya yang berlangsung cepat. Selain itu, Covid-19 juga virus baru yang belum ditemukan vaksinnya. Karena itu WHO menaikan status kewaspadaan Covid-19 pada level tertinggi. “Ini menandakan bahwa seluruh negara di dunia harus bekerja sama sebaik-baiknya dengan prinsip solidaritas,” kata Dr Anggraini Alam. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here