More

    Faris, Mencoba Mereguk Rupiah di Bisnis Iklan

    Quro Ramdani

    Matahari sudah sejengkal ketika mesin motor tua merek Honda S90Z milik Faris Hikmawan mogok di Jalan Ijen, Kota Malang, Jawa Timur. Bensin motor habis. Padahal, ia diburu waktu, harus segera mengambil kain yang akan didesain menjadi  baliho pesanan. Rabu siang itu, 12 Maret 2008, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Muhammadiyah (Unmuh) ini baru beberapa bulan mengawali bisnis periklanan (advertising) di kota apel.

    Jarak stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) masih jauh. Sementara waktu semakin mepet, akhirnya motor pun dititipin ke rumah warga sekitar. Ia buru-buru menelpon dan meminta teman kampus menjemput, lalu mengantarnya ke pasar kebon sayur mengambil kain.”Soalnya itu barang pesanan, jadi harus digarap. Saya tidak mau pelanggan kecewa,” kata dia terkekeh menceritakan awal perjalanan bisnisnya.

    - Advertisement -

    Berawal dari Hobi mendesain gambar, lelaki 27 tahun itu mencoba mereguk rupiah di bisnis periklanan.  Bisnis dilakoni sejak 2007 lalu, tatkala masih menjadi aktifis kampus. Lulus dari sekolah analis kesehatan setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kediri, Faris, yang kelahiran Jombang, Jawa Timur, mulai aktif menjadi anak kuliahan pada 2004. Ia juga banyak terlibat dalam organisasi kampus. Bersama lima kawanya, ia kerap mendapat pesanan mendesaian brosur, kaos, poster, dan baliho dari kampus.

    Sadar dengan kemampuanya, mahasiswa dengan hobi fotografi itu memutuskan terjun ke bisnis profesional. Terlebih, kebutuhan uang juga mendesak. Kiriman uang dari orang  tua yang tak rutin dalam sebulan sebesar antara Rp 500 hingga 900 ribu, ia rasakan kurang. Biaya kuliah, sewa kosan dan makan di Kota Malang lumayan tinggi. Berbekal proposal, pada 2007 ia mengajukan jasa desain pembuatan poster, baliho, brosur, hingga desain kaos ke kampus-kampus dan sekolah-sekolah, SD, SMP, hingga SMA.”Terkadang juga ke kantor-kantor,” ujarnya.

    Modal awal sebesar Rp 2,5 juta. Uang itu cukup untuk membuat beberapa proposal dan transportasi. Biaya awal produksi dibebankan kepada pemesan. Benar saja, bisnis periklanan bersama lima kawannya sedikit mereguk untung. Meski tak besar, hasil usaha dikumpulkan. Laiknya peribahasa,”sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit”, setahun kemudian modal usaha membesar. Pada 2008, Faris mulai bermitra dengan kawan-kawanya tadi membuat usaha mandiri. Setiap orang menjalankan peran masing-masing.

    Fariz misalnya, lebih banyak menangani masalah marketing, desain dan proposal usaha. Sementara beberapa kawan lain ada yang fokus pada produksi dan belanja bahan baku. Di rumah berukuran 5×6 meter, di pinggir Jalan Kembang Sepatu, Kelurahan Jati Mulyo, Kecamatan Lok Waru, Kota Malang itu lah papan usaha bernama Colection ADV terpampang jelas. Di sana dia berkantor sejak tahun awal usaha. Saat itu omzet usaha berkisar antara Rp 20 hingga 30 juta.

    Bisnis itu dijalankan lelaki berbintang Taurus ini dengan gembira. Sambil bekerja, kuliah juga tetap berjalan. Meski, ia mengakui kalau kuliah sempat terganggu. Namun ia lega, masa pendidikanya di kampus segera berakhir. Bab akhir skripsi sudah diselesaikan. Fariz, sebentar lagi diwisuda.”Kuncinya semua dijalani besama-sama, dan tetap fokus. Tidak boleh meremehkan salah satu,” terangnya.

    Begitu pula dengan periuk usahanya kini yang semakin berkembang. Omzet usaha mencapai Rp 35 juta dalam sebulan. Anak dari pasangan Suwantah dan Lilik Wadaniyah ini memiliki pelanggan dari dalam kota hingga luar pulau. Misalnya dari Balikpapan, Ambon, dan beberapa lagi dari kota di Kalimantan. Ia pun kini membidik sebuah ruko kecil di Balikpapan sebagai tempat usaha.”Targetnya tahun depan deal,” ucapnya.

    Fariz Hikmawan, lahir pada 4 Mei 1985 di Kelurahan Mojorejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) ia melanjutkan ke sekolah menengah analis kesehatan di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Lulus pada 2004, ia melanjutkan kuliah di Unmuh, Kota Malang. Hingga kini ia masih menunggu wisuda. Ia punya nasihat, setiap usaha pasti ada kendalanya, terutama kalau bermitra. Apalagi berbisnis sambil kuliah.”Tapi di jalani saja, pasti ada jalan keluarnya.”[]

    - Advertisement -

    3 COMMENTS

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here