More

    Memisah Sampah, Hal Sederhana Demi Masa Depan Kita Bersama

    Oldy Mutiara Dewi – Universitas Gadjah Mada
    Global warming adalah istilah yang sudah sangat sering digembor-gemborkan sejak isu runtuhnya beberapa gunung es di daerah Antartika beberapa tahun silam. Permukaan air laut naik, cuaca ekstrim dibeberapa negara, fenomena badai dan hujan yang tidak seperti biasanya serta banyaknya bencana alam lain yang melanda hampir di seluruh belahan dunia adalah bukti nyata dari dampak global warming. Hampir semua stasiun televisi menyiarkan peristiwa langka tersebut. Warga dibuat resah dengan adanya isu bumi akan segera tenggelam dalam beberapa tahun lagi.

    Banyak upaya yang dilakukan untuk melindungi bumi kita, baik oleh secara formal oleh instansi pemerintahan maupun oleh sekelompok orang yang memang peduli. Tanggal 22 April pun dipilih sebagai Earth Day, hari dimana semua orang di dunia diminta untuk lebih memberikan perhatian kepada satu-satunya planet yang berpenghuni di Galaksi Bimasakti ini. Sejak sekitar 4,54 milyar tahun penciptaannya, bumi sudah sangatlah tua, seperti seorang manusia yang sudah tua, membutuhkan perhatian yang lebih karena rentan terhadap ancama-ancaman baik dari luar maupun dari dalam.

    Sebagai anak muda yang memiliki semangat dan masih kuat untuk melakukan berbagai hal, kesadaran akan menjaga dan memelihara bumi sangat dibutuhkan. Poin penting yang harus dikembangkan adalah kesadaran. Sadar akan fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar dan sadar untuk memulai suatu perubahan perilaku yang lebih baik.

    - Advertisement -

    Berbagai usaha makro dan mikro mengenai penyelamatan bumi kita mulai dilakukan akhir-akhir ini. Mulai dari penanaman kembali hutan yang gundul akibat penebangan liar oleh sekelompok orang, penghematan dalam penggunaan listrik dan air, mengurangi polusi dengan mengurangi kendaraan bermotor, membuang sampah pada tempatnya dan masih banyak lagi usaha yang sudah dilakukan. Hal kecil yang sering dijumpai dan merupakan masalah yang sangat kronis adalah mengenai pembuangan sampah.

    Ketidakmauan masyarakat dalam memperhatikan mengenai pembuangan sampah bukan suatu masalah baru lagi di Indonesia. Sejak sebelum isu global warming mendunia, fenomena yang menjadi sumber utama terjadinya bencana alam seperti banjir ini, sudah menjadi budaya yang turun temurun. Akibatnya, bencana alam pun sering terjadi dan turun temurun pula. Seperti bencana banjir di Jakarta tahun 2013 silam, terjadi penumpukan sampah diberbagi pintu air yang mengakibatkan luapan air menggenangi jalanan di ibukota.

    Pada tahun 2005, sampah yang dihasilkan di wilayah DKI Jakarta adalah 6.000 ton per hari atau 25.687 m3 setiap harinya. Sampah tersebut langsung dibuang ke TPA Bantar Gebang, Bekasi, tanpa ada pemisahan antara sampah organik dan anorganik (okezone, Januari 2013).

    Pengendalian pembuangan sampah sebenarnya bisa dilakukan oleh setiap individu. Pemerintah sudah memfasilitasi tempat sampah di berbagai tempat umum secara gratis. Dan dengan senang hati pula pemerintah memisahkan tempat untuk sampah organik dan anorganik.

    Kita hanya bertugas untuk menempatkan sampah tersebut sesuai tempatnya. Tetapi hal tersebut belum sepenuhnya dapat berjalan, masih saja ada botol bekas air minum di tempat sampah organik atau kulit pisang di tempat sampah anorganik. Kita hanya diminta untuk membantu memisahkannya, kita tidak disuruh untuk mengolahnya, meskipun ada beberapa orang yang tegerak hatinya untuk mengolah sampah organik agar dapat digunakan kembali.

    Seperti yang sudah kita tahu bahwa sampah oanorganik memerlukan waktu yang lama untuk dapat diuraikan oleh mikroorganisme didalam tanah, bahkan ada yang tidak bisa diuraikan. Untuk itu bila sampah anorganik dicampur dengan sampah organik, dapat membuat pencemaran dan menimbulkan bencana banjir.

    Ingat, bahwa bumi kita sudah semakin tua, kita perlu merawatnya bukan malah membuatnya semakin sakit-sakitan. Berusahalah untuk melakukan sesuatu hal yang bermanfaat bagi orang lain, dan mulailah dari hal yang terkecil. Karena hal kecil inilah yang lama-lama akan menjadi suatu kebiasaan yang baik. Demi masa depan bumi kita tercinta. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here