More

    Perilaku Untuk Menghijaukan Bumi

    Qarel Muhammad Hawari
    Usia Bumi semakin tua. Tubuhnya mulai renta dan terus bersahabat bersama orang-orang yang mencintainya. Sementara orang-orang terus tumbuh dan membangun kebiasaan hidup sesuai keinginannya.

    Apakah Ini Yang Namanya Keseimbangan Perilaku?
    Pembangunan fisik dunia terus meluas. Mulai lahan kosong hingga perkebunan digarap untuk dijadikan apartemen dan perumahan. Pabrik terus mengeluarkan asapnya dan membentuk awan yang merusak lapisan ozon.

    Limbah kimia terus mengalir dari pipa-pipa besi, meracuni ikan dan tumbuhan air. Membunuh para nelayan dengan menghilangkan ikan segarnya. Pada hal itulah kita mulai terlena dengan visi pembangunan yang telah dirancang, tapi tidak melihat efeknya bagi sesama dan bagi lingkungan sekitarnya.

    - Advertisement -

    Ditengah kerasnya deru mesin diesel yang terus memotong pepohonan dihutan, mari kembali kita fikirkan makna dari keseimbangan lingkungan. Pembangunan adalah hal yang bererkelanjutan dan bersifat lama. Tidak akan habis dalam satu generasi. Maka apakah kita akan berbuat semau dan sesukanya tanpa memikirkan nasib generasi selanjutnya? Bukankan anak cucu kita akan melihat tingkah laku para pendahulunya sebagai contoh lalu menerapkannya lagi ke setiap jengkal tanah ini?

    Perlu “Aksi”, bukan “Nanti”
    Saatnya kita berhenti sejenak, untuk kemudian kembali memahami dan mengimplementasikan konsep ke-lingkungan-an yang ada dipikiran masing masing. Miris dan iba saja tidak cukup jika melihat Bumi ini hancur.

    Bukankah setiap tahunnya kita selalu mengkampanyekan hari lingkungan hidup sedunia? Perlu bukti yang nyata, apakah kita benar-benar cinta pada Bumi ini.

    Kita individu yang hidup dizaman “plastik” tentu setiap harinya melihat banyak kantong plastik yang terus bergulir dari tangan-ketangan. Kantong plastik jika dibakar mengeluarkan gas metan yang tidak sehat dan sangat berpotensi merusak ozon, dan jika ditanam perlu hingga 50 tahun agar dapat terurai.

    Kita bisa menyimpan dan menggunakannya kembali ketika memerlukannya, tidak perlu membeli. Bayangkan jika dibakar satu kantong plastik menghasilkan 1 miligram gas metan, maka dengan memakainya kembali kita sudah mengurangi peluang “tersumbangnya” gas metan ke alam.

    Kita juga bisa menghemat bahan bakar kendaraan. Saya melaksanakannya. Usahakan untuk jarak yang masih terjangkau kita berjalan kaki atau bersepeda. Tidak perlu malu menggunakannya. Coba asumsikan hitungan berikut ini. Jika jarak 2 kilometer menghabiskan 0,2 liter bensin dan mengeluarkan 10 gram karbon monoksida (CO), maka secara tidak sadar dengan berjalan atau berspeda kita sudah menyelamatkan bumi.

    Sebagai penyeimbang kualitas udara yang terus memburuk akibat efek perubahan iklim, kita bisa menanam pohon disekeliling pekarangan rumah yang rindang dan lebar daunnya, walaupun banyak suara sumbang yang berkata sudah terlambat untuk menyelamatkan bumi. Apakah dengan begitu ditinggalkan begitu saja?

    Mari “Sembuhkan” Derita Bumi
    Kebiasaan-kebiasaan inilah yang secara tidak langsung akan menyembuhkan derita bumi lewat aktivitas kita sehari-hari. Dengan setiap tindakan kita yang bermanfaat bagi kebaikan bumi maka sebenarnya kita sudah memberi peluang untuk mengecap hidup yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.

    Itulah perilaku hidup yang sebenarnya, memiliki dua arah yang saling berkaitan, berguna bagi diri sendiri dan merawat alam disekitarnya.

    Maka demikianlah, perlu sejenak berhenti, berfikir ulang dan menakar kembali konsep-konsep perilaku hidup yang akan direalisasikan. Siapkan dan matangkan ide yang ada didalam kepala, pastikan bahwa kebaikan Bumi ada ditangan kita![]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here