More

    Mempopulerkan Hasil Riset Lewat Jurnalisme Sains

    Tekni Days 2014.
    Seminar Jurnalistik Badan Pers FT UI. Foto : Nurul Nareswari

    JAKARTA, KabarKampus – Berbagai hasil riset yang dilakukan oleh para ahli tentu sangat penting untuk diketahui masyarakat. Sayangnya, tidak semua hasil riset menarik dan dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Lantas, bagaimana caranya agar masyarakat dapat dengan mudah memahami  fenomena ilmu pengetahuan dan teknologi? Jurnalisme Sains jawabannya.

    Dr. Arli Aditya Parikesit, Managing Editor netsains.com mengatakan,  Jurnalisme Sains merupakan karya jurnalistik yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan dan riset yang dilakukan oleh para ahli. Salah satu cara menulis artikel sains  ialah dengan menggunakan pengandaian yang mudah dipahami.

    “Bahasa yang disampaikan pun harus ringan. Dengan cara itu masyarakat dari berbagai kalangan dapat memahami dengan baik tulisan mengenai sains dan teknologi,” katanya dalam seminar jurnalistik yang diselenggarakan oleh Badan Pers Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Teknika Days 2014

    - Advertisement -

    Arli menerangkan, jika berita-berita pada umumnya memaparkan rentetan peristiwa, Jurnalisme Sains berperan menjelaskan apa yang terjadi di balik peristiwa tersebut. Misalnya pada peristiwa pembunuhan, berita-berita pada umumnya memaparkan kronologis peristiwa serta siapa yang terlibat di dalamnya. Sedangkan jurnalisme sains menjelaskan apa yang menyebabkan peristiwa itu terjadi, seperti faktor sosial, dan sebagainya.

    Menurut Arli, Jurnalisme Sains membahas manusia yang terlibat di dalamnya. Oleh sebab itu, dalam menulis dibutuhkan emosi yang memberikan jiwa pada tulisan agar tulisan terasa menarik.

    “Untuk dapat mencapainya, dibutuhkan rasa empati yang tinggi terhadap sebuah peristiwa dan pemahaman mengenai hubungan antar manusia,” kata Arli yang juga Peneliti dan Dosen bioinfomatika FMIPA UI ini

    Selain itu, Arli menambahkan, jurnalisme sains juga kerap kali memberikan solusi terhadap sebuah peristiwa. Solusi yang diberikan pun harus berdasarkan fakta, bukan hanya spekulasi.

    Popularisasi sains

    Indonesia mengalami ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan negara-negara lainnya. Padahal begitu banyak pelajar yang mendapat juara di ajang kompetisi ilmu pengetahuan dan teknologi internasional.

    “Seharusnya teknologi kita bisa maju, ilmu dasar kita unggul kok, tapi ternyata tidak demikian.” ujar Arli.

    Arli mengungkapkan, masalahnya terdapat pada kurangnya sosialisasi terhadap sains. Karenanya perlu ada dukungan pemerintah dan swasta agar keunggulan Indonesia dalam sains dan teknologi tidak hanya berhenti pada ajang olimpiade, namun juga menjadi kebijakan nyata yang memiliki pengaruh.

    “Bagaimana agar kebijakan nyata tersebut punya pengaruh? Tentu perlu ada yang menyuarakan hal tersebut secara terus menerus. Di sinilah Jurnalisme Sains berperan. Jurnalisme Sains mampu menjembatani ilmuwan, peneliti, pemerintah, industri, serta masyarakat,” terang Arli.

    Dengan demikian, menurut Arli,  masyarakat belajar bahwa sains bukan hanya untuk kompetisi namun juga untuk ditulis dan dibagikan pada dunia. “Sepintar-pintarnya orang, ia bukan apa-apa kalau tidak bisa menulis” kutipan dari Pramoedya Ananta Toer itulah yang selalu dipegang teguh oleh Arli.[]

    Penulis : Nurul Nareswari, mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta

    - Advertisement -

    2 COMMENTS

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here