More

    Setara Institute : 1 dari 14 Siswa Setuju Dengan Gerakan ISIS

    isisJAKARTA, KabarKampus – Setara Institute menemukan hasil yang mengejutkan soal persepsi  siswa SMA di Jakarta dan Bandung dalam memandang Gerakan Islamic State Iraq and Syiria (ISIS). Dalam survei yang mereka lakukan pada 9 -19 Maret 2015 menyebutkan bahwa 1 dari 14 siswa setuju dengan gerakan ISIS.

    Survei persepsi ini melibatkan sebanyak 684 siswa dari total 114 sekolah di Jakarta dan Bandung. Survei dilakukan dengan metode simple random sampling. Dalam survei ini diambil 6 siswa sebagai  responden dari masing-masing sekolah.

    Dari seluruh siswa yang menjadi responden survei, sebagian besar (75,3 %) pernah tahu tentang Gerakan Islamic State Iraq and Syiria (ISIS). Dari 75,3% (515 responden) tersebut, masing-masing responden memiliki kesan berbeda-beda.

    - Advertisement -

    Sebanyak 36,2% berpendapat ISIS adalah kelompok teror yang sadis. Sejalan dengan kesan pertama, terdapat 30,6% responden menganggap ISIS sebagai pelaku kekerasan yang mengatasnamakan agama. Hanya 16,9% mengatakan bahwa ISIS adalah perjuangan mendirikan negara Islam dunia (khilafah Islam di dunia). Sisanya mengatakan ISIS adalah anti negara-negara Barat (4,5%).

    Kemudian  dari 515 responden (75,3%) yang menyatakan tahu tentang ISIS,  pelajar yang setuju dengan gerakan ISIS adalah sebanyak (9,5%) atau 49 responden. Jika melihat total responden sebanyak 684, maka angka 49 ini berarti 7,2%. Atau dengan kata lain, maka setidaknya ada 1 dari 14 siswa yang setuju dengan gerakan ISIS.

    Setara Institute menyebutkan, survei ini tidak mewakili kecenderungan siswa di SMU di seluruh Indonesia. Persetujuan ini tidak berarti ketertarikan siswa terhadap ISIS. Namun demikian, menurut Setara Institute angka persetujuan ini juga merupakan peringatan serius bagi Indonesia.

    Survei yang dilakukan Setara Institute ini ditujukan untuk memperoleh pemetaan yang jelas dan valid bagi penyusunan intervensi pendidikan toleransi di sekolah-sekolah. Jakarta dan Bandung dipilih sebagai area studi ini atas dasar bahwa Jakarta adalah barometer kota di Indonesia dan Bandung adalah wilayah dengan tingkat intoleransi tinggi dalam setiap pemantauan kondisi kebebasan beragama berkeyakinan, yang diterbitkan setiap tahun.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here