More

    FMN Tolak Pelibatan Militer Dalam Penyambutan Mahasiswa Baru

    TNI melatih Fisik dan Mental Panitia OMB. Foto. Unitel
    TNI melatih Fisik dan Mental Panitia OMB. Foto. Tel-U

    JAKARTA, KabarKampus – Front Mahasiswa Nasional (FMN) menolak pelibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam kegiatan penyambutan mahasiswa baru di kampus. Mereka menganggap pelibatan TNI di kampus semakin memberikan ruang pada militerisme di dunia pendidikan.

    Menurut, Rachmad P. Pandjaitan, baru-baru ini, M. Nasir, Menristek Dikti mengatakan akan melibatkan TNI dalam penyambutan mahasiswa baru tahun ini. Alasannya adalah untuk menanamkan nilai-nilai bela negara terhadap mahasiswa baru.

    “Alasan ini sangatlah dibuat-buat untuk melegalkan atau membenarkan penguatan militerisme di dalam kampus.  Tidak ada relevansi TNI masuk kampus mampu menanamkan nilai-nilai bela negara kepada mahasiswa baru,” kata Rachmad.

    - Advertisement -

    Ia menuturkan, cara ini hanya menjadi dalih untuk membungkam dan merampas nilai-nilai kebebasan atau demokrasi di kampus. Praktek-praktek melibatkan TNI di dalam kehidupan kampus, semakin meningkatkan tedensi hidupnya kekejaman fasisme di dunia pendidikan sebagaimana di zaman orde baru Soeharto.

    “Seharusnya tanpa melibatkan TNI,  bukankah lembaga pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kecintaan terhadap Indonesia? Namun Menteri Mohamad Nasir malah semakin mengada-ngada ketika menyatakan bahwa pelibatan TNI tersebut ditujukan untuk menopang terealisasinya Revolusi mental kepada mahasiswa baru,” ungkap Rachmad.

    Selanjutnya kata Rachmad, dengan masuknya TNI ke kehidupan kampus akan menjadi ancaman semakin menguatnya militerisme di dalam kampus. Apabila militerisme semakin menguat di dalam kampus, tentu ini menjadi sebuah malapetaka bagi kebebasan mimbar akademik, kebebasan bereskpresi, berorganisasi serta kebebasan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi mahasiswa.

    “Perlu dipahami bahwa instrument utama untuk menopang keberhasilan dunia pendidikan di Indonesia khususnya di kampus adalah Nilai kebebasan. Jadi, apabila TNI tetap diberikan ruang di dalam kampus, ini sama saja akan menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia yang berguna bagi rakyat,” ungkap Rachmad.

    Selain itu, menurut Rachmad, kepentingan militerisme di dalam kampus hanya akan membungkam nilai-nilai kritis dan berorganisasi mahasiswa untuk mengkritisi kebijakan system pendidikan dan negara yang masih anti rakyat. Kemudian memasukan TNI dalam kehidupan kampus adalah pelanggaran atas nilai-nilai demokrasi dan HAM.

    “Oleh karena itu FMN mengecam dan menolak rencana pelibatan militer dalam penyambutan mahasiswa baru. Kebijakan ini sangatlah anti akan kemajuan pendidikan tinggi di Indonesia,” jelas Rachmad.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here