More

    Memahami Cross Gender Dalam Seni Tari Didik Nini Towok

    Hartanto Ardi Saputra

    Didi Nini Towok / Foto : zakyakbar.wordpress.com
    Didi Nini Towok / Foto : zakyakbar.wordpress.com

    Istilah Cross Gender dalam dunia tari Indonesia sering dipahami dengan dengan tampilan yang seronok. Hal tersebut membuat masyarakat memberi stigma buruk pada seniman tari yang menggelutinya.

    Hal ini menyeruak dalam diskusi bertema “Eksplorasi Koregrafi Didik Nini Thowok” yang digelar di PKKH UGM, Selasa, (29/09/2015). Hadir sebagai pembicara sekaligus penggiat cross gender tari Indonesia, yaitu, Didik Hadiprayitno atau yang dikenal dengan nama Didik Nini Towok.

    - Advertisement -

    Didik Nini Towok mengatakan, cross gender itu cuma ada dua tipe yaitu perempuan membawakan tarian yang semestinya diperankan laki-laki atau laki-laki yang membawakan tarian yang semestinya diperankan perempuan,” ujar Didi Nini Thowok.

    Ia menjelaskan, kesalahpahaman mengartikan cross gender dalam dunia tari kerap menimbulkan seniman merubah pakem tarian yang sudah ada. “Jadi yang cross itu hanya gendernya saja. Kalau tariannya ya sesuai pakem tarian yang ada. Misalkan laki-laki membawakan tari Bedoyo, ya harus sesuai pakemnya,” katanya.

    Selanjutnya, ia mengatakan, pemahaman cross gender penting dipahami oleh seniman agar melahirkan nilai saat menari di hadapan publik. “Kadang-kadang disalah artikan dengan dandanan yang seronok atau membawakan tarian over acting,” ujarnya.

    Ia menjelaskan, kesalahpahaman tersebut menimbulkan stigma buruk dari masyarakat pada seniman tari yang menggelutinya.

    “Seniman cross gender sering dicap orang yang mempunyai orientasi seks yang menyimpang ujarnya.

    Mega Nur Anggaeni, mahasiswa UGM salah satu peserta diskusi mengatakan tertarik dengan pemahaman cross gender dalam seni tari. “Saya tertarik dengan tema cross gender karena di Indonesia hal ini masih ditabukan,” ujar Mega.

    Mahasiswa semester 3, prodi Sosiologi ini mengaku dirinya asing dengan pemahaman cross gender. “Ternyata laki-laki tidak melulu harus membawakan tarian perempuan atau sebaliknya. Justru keduanya bisa disilangkan. Bahwa laki-laki pun bisa lebih bagus dalam membawakan tarian perempuan,” ujar Mega.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here