More

    Ungkap Trauma Pengobatan, Penyintas Kanker Australia Gelar Pameran Topeng

    Amanda Hoh
    AUSTRALIA PLUS

    Tak ada sesuatu dalam hidupnya yang mempersiapkan Julie McCrossin untuk menghadapi pengalaman terapi radiasi setelah ia didiagnosis dengan kanker kepala dan leher, tiga tahun lalu. Mantan penyiar dan wartawan ini terkena kanker stadium empat pada amandel, sisi tenggorokan dan belakang lidah-nya.

    Julie McCrossin mendesak adanya panduan nasional untuk menyiapkan pengobatan pasien kanker kepala dan leher dengan lebih baik. FOTO : ABC; Amanda Hoh
    Julie McCrossin mendesak adanya panduan nasional untuk menyiapkan pengobatan pasien kanker kepala dan leher dengan lebih baik. FOTO : ABC; Amanda Hoh

    Selama 20 menit setiap hari selama satu bulan, ia menyembunyikan wajahnya di balik sebuah topeng imobilisasi yang dibuat personal untuk terapi radiasi.

    - Advertisement -

    “Saya tak pernah berpikir saya takut akan ruang tertutup tapi tak ada yang cukup menggambarkan situasi kepala disekrup dalam sebuah topeng,” ungkap Julie.

    “Saya merasa emosional ketika saya melihat topeng dan berbicara tentang topeng. Saya menemukan benar-benar membantu untuk fokus pada fakta bahwa itu adalah topeng keselamatan, untuk menjaga saya tetap aman sementara saya mendapatkan pengobatan yang menyelamatkan jiwa,” akunya.

    Kebanyakan kanker kepala dan leher disebabkan oleh merokok atau alkohol, meski kanker Julie ini disebabkan oleh virus human papillomavirus (HPV).

    HPV mempengaruhi laki-laki dan perempuan dan diteruskan melalui kontak seksual.

    Pasien ungkap trauma terapi radiasi
    Sekarang, di tahun ketiga remisi-nya, Juli telah mengubah topengnya menjadi sebuah patung yang akan ditampilkan dalam sebuah pameran di Pusat Kesenian Casula Powerhouse, New South Wales, pada akhir pekan ini, bersama dengan topeng dari sejumlah penderita kanker lainnya.

    Karya seninya, yang ia coba tampilkan “sealami mungkin”, memiliki kapas putih yang terpaku di sekitar bagian kepala untuk mewakili ilustrasi awan.

    Mereka melambangkan mekanisme pertahanan yang diajarkan ke Julie, setelah ia mengalami efek samping psikologis dan fisik karena berada di balik topeng.

    “Setelah saya menjalani perawatan keempat, saya merasa tertekan menjalani perawatan radiasi … jantung saya berdebar-debar, saya berkeringat, saya pada dasarnya mengalami serangan panik dan saya tahu saya harus tetap berada di balik topeng,” kenangnya.

    Ia menyambung, “Segera setelah saya meminta bantuan, saya mendapat rujukan ke seorang psikolog yang memberi saya beberapa hal untuk dipikirkan -untuk memikirkan apapun yang mengganggu atau pengalaman sulit sebagai rintangan kecil yang akan sirna.”

    Ia juga diresepkan obat penenang dan mulai memainkan musik selama pengobatan untuk membuatnya tetap tenang.

    Kebutuhan akan mekanisme pertahanan
    Julie, kini, menggunakan pengalamannya untuk mengadvokasi pedoman nasional guna mempersiapkan pasien menjalani terapi radiasi dan topeng imobilisasi.

    “Sekarang, kondisinya sedikit tak terencana apakah Anda mendapatkan saran di awal atau tidak. Tak ada rutinitas yang konsisten untuk persiapan terapi topeng imobilisasi bagi pasien kanker kepala dan leher,” terangnya.

    “Kami membutuhkan beberapa penelitian tentang pengalaman pasien untuk mengembangkan pedoman sehingga mekanisme pertahanan diberikan kepada pasien sebelum pengobatan pertama mereka,” sebutnya.

    Julie McCrossin mengatakan, ia ingin orang lain melihat topengnya dalam bentuk yang hampir alamiah. FOTO : ABC; Amanda Hoh
    Julie McCrossin mengatakan, ia ingin orang lain melihat topengnya dalam bentuk yang hampir alamiah. FOTO : ABC; Amanda Hoh

    Seimbangkan pengobatan dan persiapan
    Dr Dion Forstner, direktur onkologi radiasi di Rumah Sakit Liverpool dan Campbelltown, sepakat dengan desakan Julie agar ada penelitian lebih lanjut.

    Namun, walau ia mengatakan persiapan psikologis adalah “bagian penting dari pengobatan”, Dr Dion mengakui, proses itu “kadang-kadang diabaikan” di tengah urgensi untuk memulai terapi radiasi.

    “Kami berjuang menghadapi waktu. Sebagian besar dari itu adalah mengidentifikasi pasien mana yang membutuhkan intervensi psikologis sebelumnya. Hanya ada sedikit waktu untuk melakukannya,” ujar Dr Dion.

    Ia menerangkan, “Anda harus bisa mengakses psikolog klinis. Jadi ini tentang bagaimana kita bisa melakukannya dengan cepat karena jika Anda mengalami keterlambatan, bahkan satu atau dua hari, maka Anda memiliki keterlambatan dalam memulai pengobatan.”

    Dr Dion mengatakan, praktisi memiliki alat untuk menilai tekanan psikologis dari pasien tetapi “prakteknya beragam”.

    Ia mengatakan, ia merasa berdaya oleh advokasi Julie dan sekarang menunjukkan kepada pasiennya video dari pengalaman Julie, sebagai metode untuk mempersiapkan mereka menghadapi pengobatan.

    Julie mengatakan, ia berharap, pameran ini dan desakannya untuk diadakan penelitian akan mendorong orang-orang dari berbagai disiplin ilmu medis untuk bergabung bersama dan mengembangkan praktek standar.

    “Ini benar-benar mengungkap segalanya. Jika saya punya persiapan yang lebih baik -jika saya telah ditunjukkan ruangannya, jika saya telah ditunjukkan topengnya dan bagaimana barang itu akan dipasangkan ke kepala saya sebelum hari pertama saya ditinggalkan sendirian di ruangan itu –trauma saya akan berkurang,” tuturnya.

    Ia menambahkan, “Ini saatnya kita melihat seperti apa penampakannya sehingga proporsi penduduk yang akan mendapat diagnose kanker leher dan tenggorokan … akan lebih mudah bagi mereka jika mereka melihat topeng.”

    Pameran bertajuk ‘Bravery Unmasked’ (keberanian terungkap) digelar di Pusat Kesenian Casula Powerhouse, NSW, selama (10-12/06/2016). []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here