More

    Membaca Ulang Semangat Pers Mahasiswa di Era Orde Baru

    Hartanto Ardi Saputra

    Majalah Balairung di era Orde Baru dipamerkan dalam pameran "Pers Mahasiswa Menggugat Zaman" yang digelar Pers Mahasiswa Balairung di kampus UGM, Yogyakarta, Kamis, (29/10/2015). FOTO : Hartanto Ardi Saputra
    Majalah Balairung di era Orde Baru dipamerkan dalam pameran “Pers Mahasiswa Menggugat Zaman” yang digelar Pers Mahasiswa Balairung di kampus UGM, Yogyakarta, Kamis, (29/10/2015). FOTO : Hartanto Ardi Saputra

    YOGYAKARTA, KabarKampus – Sosok Pramoedya Ananta Tour di era orde lama maupun orde baru adalah sosok yang membahayakan bagi pemerintah kala itu. Di dua era tersebut ia pernah di dipenjara.

    Bahkan pada era orde baru, meski tidak terbukti pada gerakan 30 September 1965, ia tetap menjadi tahanan rumah, tahanan kota dan menjadi tahanan negara hingga tahun 1999. Buku-buku karyanya pun dilarang untuk beredar.

    - Advertisement -

    Sosok yang dianggap berbahaya bagi pemerintah ini, menjadi perhatian Pers Mahasiswa Balairung UGM. Pada tahun 1994, Majalah Balairung menuliskan sosok Pramoedya dengan tulisan berjudul “Saya Pupuk Bawang di Lekra” dengan foto Pramodya Ananta Toer sedang tersenyum.

    Terbitan mengenai Pramoedya Ananta Toer ini hadir di pamern arsip yang digelar Pers Mahasiswa Balairung di Museum UGM, Yogyakarta, Kamis, (29/10/2015). Dengan judul pammeran “Pers Mahasiswa Menggugat Zaman” pameran ini menghadirkan koleksi arsip jurnalistik berupa majalah, buletin, berita online, jurnal dan foto yang dikerjakan Pers Mahasiswa Balairung selama periode 1985 hingga 2015.

     

    Auviar Rizky, Ketua Umum Balairung mengatakan, total jumlah arsip yang dipamerkan meliputi 51 majalah, 12 jurnal, 149 buletin, dan ratusan foto berita. Arsip tersebut dipilah menjadi dua bagian yaitu arsip periode sebelum reformasi 1998 dan arsip periode pasca reformasi.

    “Karena peristiwa reformasi 1998 menjadi tanda perubahan wajah pers Indonesia dari yang semula pers dikontrol pemerintah menjadi era keterbukaan informasi,” ujar Auviar.

    Ia menjelaskan peralihan wajah pers Indonesia saat itu juga mempengaruhi orientasi gerak pers mahasiswa. Sebelum reformasi 1998, bisa dilihat pers mahasiswa sebagai pers pergerakan yang berani menyuguhkan isu yang tak diangkat pers arus utama.

    Ia menjelaskan salah satu tujuan pemeran arsip tersebut agar pers mahasiswa membaca sejarah dan menyesuaikan zamannya. Pers mahasiswa hendaknya mengelola media online yang mengutamakan akurasi bukan kecepatan semata.

    “Hari ini merupakan era media online dimana pers mengutamakan kecepatan ketimbang akurasi berita,” ujarnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here