More

    UNS Bedah Buku “Jejak Orang Jawa di New Caledonia”

    Penulis : Tim Dosen HI UNS

    Asa Paria Silalahi, Pejabat Fungsional Diplomat Direktorat KSIA Asia Pasifik dan Afrika dan Ben Perkasa Drajat yang menjawab sebagai Pejabat Fungsional Diplomat Direktorat Asia Timur dan Pasifik sedang memaparkan Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia di Kawasan Pasifik). Foto. Tim Dosen HI UNS

    SURAKARTA, KabarKampus – Kamis, 6 September yang masih kemarau, di pagi hari yang mulai bergerak di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Univeritas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Program Studi Hubungan Internasional UNS sudah menggeliatkan pemikiran. Mereka membedah buku Konsulat Jenderal Indonesia untuk New Caledonia masa kerja 2014-2017 Widyarka Ryananta.

    Tidak sampai di bedah buku saja, pada sesi kedua ada penyampaian Kementrian Luar Negeri mengenai kebijakan Pemerintah Republik Indonesia di Kawasan Pasifik.

    - Advertisement -

    Diskusi ini dihadiri oleh Mahasiswa dan Dosen Hubungan Internasional di Solo, Kementrian Luar Negeri, Perwakilan Pemerintah Kota Surakarta dan tamu undangan baik dari Universitas Sebelas Maret maupun dari luar UNS. Diskusi ini terlaksana atas kerjasama Prodi Hubungan Internasional UNS dan Kementrian Luar negeri Republik Indonesia.

    Buku ini merupakan hasil kumpulan dari 32 judul tulisan Widyarka Ryananta mengenai jejak Orang Jawa di New Caledonia.  Widyarka di dalam buku ini menceritakan dari awal kedatangan Orang Jawa di New Caledonia di masa kolonialisme yang ia sebut “Orang Jawa kontrak” hingga aktivitas keturunan Orang Jawa di New Caledonia hari ini.

    Berbagai aktivitas perkumpulan Orang Jawa di New Caledonia diceritakan dengan menarik ditambah dengan berbagai foto oleh Widyarka di dalam bukunya. Yang terpenting banyak cerita-cerita mengenai perjuangan bertahan hidup dan merawat harapan, melawan berbagai keterbatasan, sehingga Orang Jawa di New Kaledonia hari ini terus berkumpul dengan berbagai aktivitas untuk tetap mengingat tanah leluhurnya, hingga puncaknya dikunjungi tamu spesial, Hamengkubowono X bersama istri dan anaknya di tahun 2016 untuk memperingati 120 tahun kedatangan Orang Jawa di New Caledonia.

    Tidak lupa juga Widyarka Ryananta juga menjelaskan proses kreatif lahirnya buku ini, seperti harus mencuri-curi waktu untuk menulis ditengah kesibukan sebagai “lurah Indonesia” di New Caledonia hingga diingatkan sang istri jika sudah terlalu larut tapi masih berartifitas untuk menyelesaikan tulisan-tulisannya.

    Diskusi yang dipandu Bung Izar, sapaan akrab untuk Dosen prodi Hubungan Internasional UNS ini semakin menarik dengan kutipan kutipan yang kerap dilontarkan Bung Izar mengenai buku ini, seperti Bung Izar yang mengatakan bahwa ia menduga aktivitas aktivitas perkumpulan dan pertemuan rutin Orang Jawa di New Caledonia merupakan bentuk perayaan kerinduan terhadap tanah leluhur, jika puncak dari cinta adalah pernikahan, maka puncak dari kerinduan adalah pertemuan, kutipan yang disampaikan Bung Izar ini sontak mengundang tepuk tangan peserta diskusi.

    Di sesi kedua, Bung Izar tetap memandu diskusi yang bertajuk Kebijakan Pemerintah Indonesia di Kawasan Pasifik. Sesi ini disampaikan oleh Asa Paria Silalahi yang menjabat sebagai Pejabat Fungsional Diplomat Direktorat KSIA Asia Pasifik dan Afrika  dan Ben Perkasa Drajat yang menjawab sebagai Pejabat Fungsional Diplomat Direktorat Asia Timur dan Pasifik.

    Dalam sesi ini, kedua pemateri menyampaikan berbagai program mulai dari ekonomi hingga budaya yang dilakukan Indonesia dengan berbagai kepentingan nasional Indonesia di Kawasan Pasifik. Berbagai isu yang hangat di kawasan Pasifik juga ditanyakan oleh beberapa mahasiswa mulai dari isu Papua, isu perubahan iklim, manuver politik Tiongkok di Kawasan Pasifik dan berbagai isu lainnya.

    Diskusi ini ditutup dengan kesimpulan oleh moderator bahwa Kawasan Pasifik adalah halaman belakang Indonesia yang juga harus diurus, intelektual  Indonesia sudah saatnya untuk mengarahkan teropong intelektualnya untuk banyak membahas berbagai persoalan di Kawasan Pasifik, kawasan yang masih belum banyak dibahas dan diketahui oleh Mahasiswa Hubungan Internasional  yang masih konsentrasi ke kawasan Eropa, Amerika, Timur Tengah hingga Asia Tenggara saja.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here